Contoh kasus dan penerapan
logoterapi
A
adalah seorang wanita berusia 17 tahun. A mempunyai suatu fobia dengan seekor
ulat. Awal mula fobia pada si A adalah ketika A berusia 7 tahun, A duduk di
bawah pohon rindang dan saat itu pula ulat yang berada di pohon tersebut jatuh
tepat di atas tangannya, A yang kaget langsung berlari menghampiri ibunya
sambil menangis ketaakutan. Sejak saat itu A tidak berani lagi dengan seekor
ulat atau sekedar duduk-duduk santai di bawah pohon. Ketika A melihat ulat secara
langsung A menjerit histeris dan berlari menghindari tempat ulat itu berada,
namun jika A melihat ulat berupa gambar A hanya merasa geli.
Analisis kasus
Tahapan
Tahapan dalam dalam logoterapi
Tahapan
pertama adalah perkenalan denagn membangun raport. Raport adalah sesuatu yang
penting dalam proses konseling atau terapi , karena raport itu berfungsi untuk
membangun suasana yang nyaman serta membuat klien agar tidak tegang pada saat
konseling atau terapi.
Tahapan
yang kedua adalah tahap pengakuan atau pengungkapan masalah yang di hadapi
klien terhadap konselor. Pada tahap ini konselor bertugas untuk mengarahkan
klien untuk dapat mengungkapkan masalahnya tanpa keluar dari tema atau topic
pembicaraan, jadi lebih terarah dan terstruktur.
Tahap
selaanjutnya adalah pembahasan serta menyamakan suatu persepsi atau pemikiran
antara konselor dan klien.
Dan
selanjutnya itu adalah tahapan evaluasi yaitu menyimpulkan suatu masalah klien
dari informasi yang telah di peroleh kemudian di interpretasi untuk kemudian
berlanjut ke teknik terapi selanjutnya yaitu yang bertujuan untuk mengubah
sikap atau perilaku klien yang di anggap bermasalah.
Pada
contoh kasus diatas dapat di simpulkan bahwa A mengalami fobia pada seekor
ulat. Untuk cara penangannya menggunakan Logoterapi dengan teknik intensi
paraadoksikal yang di kemukakan oleh frankl. Mengapa ? karena pada teknik ini
membahas suatu fenomena ataau suatu kecamasan yang di alami oleh klien serta
membatu klien untuk dapat menurunkan kecemasannya pada sesuatu yang ia takuti.
Paradoxical intention pada dasarnya
memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan
mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan.Paradoxical
intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan
irrasional). Pada teknik ini konselor
bertugas untuk membuat sikap A dari takut menjadi akrab pada hal yang A takuti
atau cemaskan. Pada teknik A di minta untuk
beruasaha menghindari atau melawan ketakutannya terhadap seekor ulat
tersebut. Mengubah persepsinya yang awal nya takut menjadi berani. Salah satu
cara yang dapat di lakukan oleh A bisa dengan mengajak ulat tersebut bercanda
untuk menurunkan kadar kecemasan yang di alami A untk kemudian sikap A menjadi
berani dan tidak takut lagi dengan seekor ulat tersebut. Tahap ini harus di
lakukakan bertahap dan rutin hingga kecemasan yang ada pada diri A berkurang
atau bahkan dapat hilang.
Comments
Post a Comment