Tugas
ke 1
Teori
Kepribadian Sehat
Nama : Nurma Khairunnisa
Kelas : 2pa15
Npm
: 18514230
A.
ALIRAN PSIKOANALISIS
Teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud, menurut beliau kepribadian itu terdiri dari tiga unsur, yaitu Id , Ego ,
Superego.
menurut beliau ketiga unsur tersebut
bekerja sama untuk menghasilkan perilaku manusia yang komples. Sigmud Freud
merupakan seorang psikolog dan filosof terkenal dan pernah mendapatkan
penghargaan Goethe Prize. Beliau lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, beliau merupakan
seorang Austria keturunan Yahudi dan juga pendiri aliran psikoanalisis dalam
bidang ilmu psikologi. Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi
psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah
satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya
sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh
prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan,
apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut
Frued id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra
mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi
kebutuhan tersebut dengan makan atau minum sampai id tersebut terpenuhi. Yang
kedua adalah Ego. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan
bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia
nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego
beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah
terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan
kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Dan komponen yang terakhir
adalah Superego. Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan
moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan
lingkungan. Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan
pedoman untuk membuat penilaian, baik yang benar atau yang salah. Superrgo
hadir dalam sadar, prasadar dam tidak sadar. Id, Ego dan Superego saling
mempengaruhi satu sama lain, ego bersama dengan superego mengatur dan
mengarahkan pemenuhan id dengan berdasarkan aturan-aturan yang benar dalam
masyarakat, agama dan perilaku yang baik atau buruk. Menurut Sigmund Freud,
kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara Id, Ego dan Superego.
Itulah teori psikoanalisis kepribadian yang mencakup Id, Ego dan Superego
menurut Sigmund Freud.
prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia
sebagai berikut:
- Perilaku
pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak
- Sebagaian
besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari
- Pada
dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak
lahir,terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido
dan agresifitasnya
- Secara
umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
- Kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.
- Pembentukan
simpton merupakan bentuk defensive
- Pengalaman
tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang.
Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling berhubungan
dalam satu kesatuan apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini
dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan dating
- Latihan
pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku. Pandangan
psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap koseling dan
psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta
prosedur yang dapat dikembangkan.
Teori Kepribadian
Freud mengembangkan sejumlah teori
kepribadian, teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling
psikoanalisis, diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian.
Teori ini menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari
sub-subsistem, bagi pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan
dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan,
yaitu:
ü Alam Sadar (conscious/Cs) adalah
bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
ü Alam Prasadar (preconcious/Pcs)
adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi
untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut kealam sadar jika kita
berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan bagian dari alam sadar,
melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk
menyadari sesuatu.
ü Alam Bawah Sadar
(unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan
sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan
perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi
akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh
perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur
Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural.
Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat
subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara
subsistem tersebut adalah id: komponen biologis, ego: komponen psikologis dan
superego komponen sosial
Kutipan kata-kata mutiara yang
pernah dilontarkan oleh beliau "Kita tidak bisa mengingkari kesan bahwa
manusia umunya menggunakan standar yang keliru. Mereka mencari kekuatan, sukses
dan kekayaan untuk diri mereka sendiri, memuji diri mereka sendiri dihadapan
orang lain dan mereka memandang rendah pada apa yang sebenarnya berharga dalam
hidup" Sigmund Freud.
B.
ALIRAN BEHAVIORISME
Teori
Beaviorisme lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Tujuan psikologi secara
teoritis adalah memprediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan
metode yang dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati,
bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan.
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
- Obyek psikologi adalah tingkah laku.
- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
- mementingkan pembentukan kebiasaan.
Aliran
Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik
lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi
ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental. Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal
dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991)
memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada
revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad
sebelumnya.
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah John B
Watson. Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa
psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan – kegiatan manusia
dan binatang yang dapat diobservasi (atau yang secara potensial dapat
diobservasi). Menurutnya, psikologi itu murni merupakan cabang dari pengetahuan
alam (natural science) eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah
memrediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang
dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran
karena merupakan pengertian yang meragukan.
Prinsip Dasar Behaviorisme
- Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak
- Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh
para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan
akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson,
dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada
overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme
juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik
dalam perkembangan ilmu psikologi.
- Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ALIRAN HUMANISTIK
Aliran
humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun
1950-an dan 1960-an.Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari
psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl
Rogers. Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan
behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti
dengan psikoanalisis dan behaviorisme.
Tekanan
utama oleh behavioris dikenakan pada stimulus dan tingkah laku yang teramati,
dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang
melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah
lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula
potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi
humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang
menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan
tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog
Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan
dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan
tidak baik) kaum behavior.
Menurut
aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah
yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak
disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan.
Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui
sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang
hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan perbuatan manusia yang kejam
dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu.
Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi
peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya
sendiri dan nasib orang lain.
Psikolog
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat
biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Psikologi
humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang
dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia.
Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang
menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli
psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang
berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap
psikologi yang mekanomorfik.
D. PENDAPAT ALLPORT
A. Kepribadian Sehat Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Perbedaan kepribadian sehat menurut aliran
Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik
1. PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi
negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
juga mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
2. BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai
mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut
cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu
digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai
orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus
dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
3. HUMANISTIK
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat,
individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada
masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
1. Pendapat Allport Dalam Membahas Manusia
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia
daripada freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa tentang
manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan
teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
Pandangan-pandangan pribadi dan professional dari
Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia
yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
2. Perkembangan Proprium Sebagai Dasar Perkembangan
Kepribadian Yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi
dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan “diri”,
dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan
membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata ‘appropriate”. Proprium menunjukan kepada
sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang.
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
E. PENDAPAT
ROGERS
Salah satu tokoh penting dalam teori
humanistik adalah Carl Rogers. Beliau adalah seorang ahli terapi yang dididik
secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku,
dia tidak sepenuhnya merasa nyaman dengan dua aliran Freud dan Winnicot,
teori-teori Rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan pada apa yang
dikatakan pasien dalam terapi.
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada
tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia
pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung. Rogers adalah putra
keempat dari enam bersaudara. Tidak banyak teman, lebih suka baca. Rogers
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Pandangan sehat menurut Carl Rogers
Menurut Rogers kepribadian sehat
adalah orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan
rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang di ajukan
oleh aliran freudan, misalnya toilet ranning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya. Rogrs lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang
masa sekarang yang aan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap
berfokus pada apa yag akan terjadi sekarang bukan apa yang akan terjadipada
waktu itu.
Pribadi Carl Rogers
Rogers terkenal sebagai seorang
tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan
terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalamanpengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu
individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan
kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat
adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran
Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual
sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa
sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara
bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan
apa yang terjadi pada waktu itu. Rogers dikenal juga sebagai seorang
fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi
individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada
pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan
fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan
fenomenal tersebut.
Struktur Kepribadian (Self)
Rogers lebih mementingkan dinamika
dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana
kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural
kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi,
diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam teorinya yitu Self,
organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur
kepribadian yang sebenarnya. Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh
yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau
“me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau
“me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang
terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep
self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya
dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap
individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal
Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada
saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan
oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah
yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi self I dan self me
sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak
antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan Jika
tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau maladjustment atau
neurosis.Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- Makhluk hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan
fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat
- Realitas subyektif; organisme menanggapi dunia seperti
yang siamati atau dialaminya. Jadi realita bukan masalah benar atau salah
melainkan masalah persepsi yang sifatnya subjekstif.
- Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem,
sehingga perybahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri
- Medan fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang
internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari dinamakan medan
fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri
sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsepsi-konsepsi
pokok dalam teori Rogers adalah:
- Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
·
Organisme
beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhankebutuhannya.
·
Organisme
mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
·
Organisme
mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin
menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau
mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya
·
Medan
phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan
phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman
yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
·
Self,
yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan
lingkungan.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain
dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
- Self mengejar (menginginkan) consistency
(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
- Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur
self diamati sebagai ancaman.
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan
(maturation) dan belajar.
Sifat
khas dari seseorang yang berfungsi penuh
Rogers mengemukakan lima sifat khas
dari seseorang yang berfungsi penuh:
- Keterbukaan pada pengalaman
Bahwa seseorang tidak bersifat kaku
dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang
diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka
kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapanungkapan baru.
- Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka
ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena
kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
- Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
- Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
- Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak
dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta
dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang
memuaskan.
Aplikasi
Carl Roger sebenarnya tidak begitu
banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai
karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut non-directive therapy,
kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling
yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini
ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
F. PENDAPAT MASLOW
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu
merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang
dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya.
Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai
suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.
Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang
kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian.
Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang
melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua
motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”.
Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat
kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari
kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima
karakteristik. sebagai berikut:
a) Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam
keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak
diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan
segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang
paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan
kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan
selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
b) Kebutuhan
akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah
apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat
kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia
atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia
akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat,
kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan
diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada
kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak
puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
c) Kebutuhan
sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka
kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling
percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan
tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan
relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya,
dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi
kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan
akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak
perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan
yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit
memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering
kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat
berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan
perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi,
meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
d) Kebutuhan akan
penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan
akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal)
mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan,
kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang
kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan,
penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama
baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan
demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang
kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus
asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang
menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus
nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah
terpuaskan.
e) Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang
sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan
menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow
juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan
penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini
merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah
pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina
manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman
spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan
sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan.
Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus
dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah
manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga
psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya
saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek
instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu
kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
- ketidak-hadirannya menimbulkan penyakit
- kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
- pemulihannya menyembuhkan penyakit
- dalam situasi tertentu yang sangat komplek dan
dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata
mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
- Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara
fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Maslow bahwa
meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, namun jangan terlalu kaku
menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya
juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga
menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan
terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.[3]
Kepribadian sehat menurut
Maslow
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki
kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya secara penuh (self actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi
bagi self actualizinga-needs person, dengan nama metamotivation, meta-needs
B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Sementara
motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dinamai
D-motivation atau deficiency.Di bawah ini
ciri-ciri dari metaneeds danmetapologi
Metanees :Sikap percaya,Bijak dan baik,Indah
(estetis),Kesatuan (menyeluruh),Energik dan optimis,Pasti,Lengkap,Adil dan
altruis,Berani,Sederhana (simple)
Metapologis :tidak percaya, sinis dan skeptic,benci
dan memuakkan,vulgar dan mati rasa,disintegrasi,kehilangan semangat hidup,pasif
dan pesimis,kacau dan tidak dapat diprediksi,tidak lengkap dan tidak
tuntas,suka marah-marah, tidak adil dan egois,rasa tidak aman dan memerlukan
bantuan,sangat komplek dan membingungkan
Mengenai self-actualizing person,atau orang yang
sehat mentalnya, Maslow mengemukakanciri-cirinya sebagaiberikut.
1) Mempersepsi
kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam
menjalaninya
2) Menerima dirinya
sendiri, orang laindan lingkungannya.
3) Bersikap spontan,
sederhana, alami, bersikap jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai komitmen
atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang
lain).
5) Bersikap mandiri
atau independen.
6) Memiliki apresiasi
yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
7) Mencapai puncak
pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang
luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan
8) Memiliki minat
social, simpati, empati dan altruis
9) Sangat senang
menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang
lain
10) Bersikap demokratis (toleran, tidak
rasialis, dan terbuka)
11) Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan
tidak takut salah).
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu
manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik,
dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan,
khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan
identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa
untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa
untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai
4) Membantu siswa
agar memahami bahwa hidup ini berharga
5) Mendorng siswa
agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
6) Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan
rasa diakui).
G. PENDAPAT ERICH FROMM
(1900-1980),
lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan
sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfurt dan Munich. Setelah mendapatkan
gelar Ph.D dari Universitas tersebut pada tahun 1922, Fromm lalu belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin.
Tahun
1933, ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut Psikoanalisis
Chicago serta melakukan praktik sendiri di kota New York. Fromm pernah mengajar
pada sejumlah universitas dan institut di Amerika Serikat hingga Meksiko.
Terakhir, Fromm menetap dan meninggal di Swiss, tepatnya di Muralto, pada
tanggal 18 Maret 1980.
Fromm
sangat terpengaruh oleh karya Karl Marx, terutama oleh tulisan Marx yang
pertama, The Economic Philosophical Manuscripts. Tema dasar ulasan Fromm adalah
orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena dirinya dipisahkan alam dan
orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita akan mengulas lebih
dalam mengenai teori-teori Fromm yang terkenal sebagai seorang Humanitarian
Marxism ini.
A. Dasar Teori Fromm
1. Struktur Kepribadian Menurut Erich Fromm
Dalam
formulasi proses perkembangan individu, fromm memusatkan pada kondisi social
dan cultural unik yang mempengaruhi proses perkembangan karakter dan pemuasan kebutuhan
dasar serta eksistensi manusia.ini berbeda dari freud yang menekankan factor
biologi. Fromm tertarik pada aspek cultural.fromm menyebut kepribadian yang
sehat adalah yang berorientasi produktif dan yang tidak sehat adalah yang
berorientasi non produktif.
- Orientasi
Produktif
Tipe
karakter yang mengutamakan kehidupan (Biophilous Character Type). Dalam
pandanga fromm, orang tipe ini mencintai kehidupan dan ingin membentuk atau
mempengaruhi orang lain dengan cinta,dengan akal dan contoh.Fromm percaya bahwa
tipe ini hanya dapat menggunakan kekuatan atau kekuasaan jika mereka
bebas dan independen dari control orang lain.tipe ini mampu menciptakan cinta
yang dewasa. Berikut ini adalah aspek-aspek kepribadian yang sehat dengan
orientasi produktif menurut fromm.
Cinta yang produktif,merupakan suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana patner-patner dapat mempertahankan individualitas mereka. Diri tidak berkurang dalam cinta produktif, melainkan diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan relasional tercapai tetapi identitas dan kemerdekaan seseorang terpelihara.cinta yang produktif menyangkut empat sifat yaitu: perhatian,tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Cinta yang produktif merupakan suatu kegiatan bukan suatu nafsu.cinta produktif ini tidak terbatas pada cinta erotis, tetapi mungkin cinta persaudaraan atau cinta keibuan.
Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektifitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya, bukan pada kepingan-kepingan dan potongan-potongan gejala yang terpisah. Menurut fromm semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif dimana para pemikir didorong oleh ketelitian, respek dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh permasalahan yang ada.
Kebahagiaan,merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif.kebahagiaan bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, melainkan juga suatu kondisi yang meningkatkat seluruh organism menghasilkan perubahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi seseorang.
Suara Hati, merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan manusia menurut orientasi produktif. Fromm membedakan suara hati dalam dua tipe, yaitu suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
- Orientasi
non-Produktif
Fromm
meembagi orientasi non produktif ke dalam lima tipe karakter manusia, yaitu:
Tipe Karakter Menerima(Receptive Character Type).dalam pandangan fromm,tipe karakter menerima adalah orang yang percaya sumber segala kepuasan terletak diluar diri mereka sendiri.Kebayakan karakter demikian periang dan bersahabat. Ketika menghadap situasi sulit, mereka menjadi putus asa dan bergantung pada orang lain dan tidak pada sumber intelektual mereka sendiri untuk memecahkan masalahnya.
Tipe Karakter Eksploitatif(Exploitative Character type).Orang yang bertipe eksploitatif adalah mereka yang percaya bahwa semua kepuasan terletak pada diri mereka sendiri.mereka tidak menunggu secara pasif, melainkan aktif dalam meraih apa yang mereka inginkan dari orang lain dengan memaksa auat kelicikan. Fromm percaya bahwa individu dengan tipe eksploitatif melakukan relasi yang tidak produktif terhadap sesame. Akibatnya, mereka mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
Tipe karakter Penimbun(Hoarding Character Type). Tipe karakter ini memiliki kepercayaan kecil akan kebaikan di dunia luar. Sebagai konsekuensinya, mereka berhubungan dengan dunia luar dengan cara yang negative, umumnya dengan menarik diri (withdrawal) dari orang lain.
Tipe Karakter Nekrophilia (Necrophilious Character Type). Necrophilia merupakan satu karakter turunan dari karakter anal yang berbahaya, kalau Hoarding character memperlihatkan perilaku dekstruktif yang pasif dan dalam bentuk menarik diri, necrophilia memperlihatkan perilaku dekstruktif dengan mengeksploitasi dan merusak orang lain atau benda- benda, serta alam lingkungan. Mereka adalah tipe orang yang tertarik dan berpenampilan pada segala bentuk kematian. Mereka senang berbicara soal penyiksaan, kematian dan penguburan. Lebih jauh mereka sangat terikat dengan kekuatan dan kekuasaan.
Tipe Karakter Pasar (Marketing Character Type). Fromm mengatakan bahwa orientasi ini hanya berkembang pada masyarakat industry. Dalam masyarakat demikian, orang belajar untuk memperlakukan diri mereka sendiri dan orang lain seperti komoditi dengan satu nilai tukar tertentu dalam satu interaksi parallel dalam ekonomi ilus
2. Dinamika Kepribadian Menurut Erich Fromm
Manusia
tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian. Agar dapat
bertahan hidup manusia harus menyatu dengan yang lain. Keinginan akan perpaduan
antarpribadi adalah perjuangan yang paling kuat dalam diri manusia. Ini
merupakan kekuatan yang membuat bangsa manusia tetap tinggal bersama sebagai
kelompok, family dan masyarakat. Sumbangan Fromm dalam menggali kebutuhan
naluriah yang mendasar dalam perspektif psikoanalisis adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan
Relasional (Need For Relatedness).
Manusia
yang menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan ikatan satu sama lain
menjadikan manusia menemukan keserasian baru yang lebih manusiawi sebagai ganti
pramanusiawi yang sudah hilang dan tidak bisa diperoleh kembali. Sebagai
akibatnya, manusia harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain dan
menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan
ikatan-ikatan yang hilang dengan alam. Menurut Fromm, pemuasan kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis.
- Kebutuhan
akan Identitas (Need for Identity).
Manusia
sebagai individu yang unik membutuhkan perasaan identitas. Masing –masing
individu memiliki tingkat kesadaran diri dan pengetahuan tentang kemampuannya.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan
individualitas, suatu proses di mana seseorang mencapai perasaan tertentu
tentang identitas diri. Orang yang perasaan individualitasnya berkembang dengan
baik akan dapat mengontrol kehidupannya sendiri.
- Kebutuhan
akan Transendensi (Need for Trancendence).
Kebutuhan
transendensi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengatasi peranan
pasif sebagai ciptaan. Cara sehat untuk mengatasi keadaan binatang yang pasif
salah satunya ialah mencipta. Jadi, manusia bertindak aktif dan kreatif untuk
menguasasai alam.
- Kebutuhan
Berakar (Need for Rootedness).
Menurut
Fromm, akar-akar baru harus dibangun untuk menggantikan ikatan-ikatan
sebelumnya dengan alam. Kebutuhan tersebut dapat dicapai secara positif atau
negatif. Cara yang yang positif adalah dengan membangun perasaaan persaudaraan
dengan sesama umat manusia, yaitu dalam masyarakat.
- Kebutuhan
akan Kerangka Orientasi (frame of Orientation and Devotion).
Pencarian
perasaan diri yang unik adalah suatu pencarian atau konteks di mana seseorang
menginterpretasikan semua gejala dunia. Dasar ideal krangka orientasi adalah
pikiran, yaitu sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan gambaran
realistis dan objektif tentang dunia.
B. Kepribadian Sehat dan Ciri –
cirinya menurut Fromm
menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu
mencintai dan dicintai,
- mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki
watak sosial yang produktif.
REFERENSI
Tugas
ke 1
Teori
Kepribadian Sehat
Nama : Nurma Khairunnisa
Kelas : 2pa15
Npm
: 18514230
A.
ALIRAN PSIKOANALISIS
Teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud, menurut beliau kepribadian itu terdiri dari tiga unsur, yaitu Id , Ego ,
Superego.
menurut beliau ketiga unsur tersebut
bekerja sama untuk menghasilkan perilaku manusia yang komples. Sigmud Freud
merupakan seorang psikolog dan filosof terkenal dan pernah mendapatkan
penghargaan Goethe Prize. Beliau lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, beliau merupakan
seorang Austria keturunan Yahudi dan juga pendiri aliran psikoanalisis dalam
bidang ilmu psikologi. Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi
psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah
satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya
sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh
prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan,
apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut
Frued id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra
mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi
kebutuhan tersebut dengan makan atau minum sampai id tersebut terpenuhi. Yang
kedua adalah Ego. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan
bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia
nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego
beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah
terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan
kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Dan komponen yang terakhir
adalah Superego. Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan
moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan
lingkungan. Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan
pedoman untuk membuat penilaian, baik yang benar atau yang salah. Superrgo
hadir dalam sadar, prasadar dam tidak sadar. Id, Ego dan Superego saling
mempengaruhi satu sama lain, ego bersama dengan superego mengatur dan
mengarahkan pemenuhan id dengan berdasarkan aturan-aturan yang benar dalam
masyarakat, agama dan perilaku yang baik atau buruk. Menurut Sigmund Freud,
kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara Id, Ego dan Superego.
Itulah teori psikoanalisis kepribadian yang mencakup Id, Ego dan Superego
menurut Sigmund Freud.
prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia
sebagai berikut:
- Perilaku
pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak
- Sebagaian
besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari
- Pada
dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak
lahir,terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido
dan agresifitasnya
- Secara
umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
- Kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.
- Pembentukan
simpton merupakan bentuk defensive
- Pengalaman
tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang.
Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling berhubungan
dalam satu kesatuan apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini
dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan dating
- Latihan
pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku. Pandangan
psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap koseling dan
psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta
prosedur yang dapat dikembangkan.
Teori Kepribadian
Freud mengembangkan sejumlah teori
kepribadian, teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling
psikoanalisis, diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian.
Teori ini menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari
sub-subsistem, bagi pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan
dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan,
yaitu:
ü Alam Sadar (conscious/Cs) adalah
bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
ü Alam Prasadar (preconcious/Pcs)
adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi
untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut kealam sadar jika kita
berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan bagian dari alam sadar,
melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk
menyadari sesuatu.
ü Alam Bawah Sadar
(unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan
sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan
perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi
akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh
perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur
Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural.
Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat
subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara
subsistem tersebut adalah id: komponen biologis, ego: komponen psikologis dan
superego komponen sosial
Kutipan kata-kata mutiara yang
pernah dilontarkan oleh beliau "Kita tidak bisa mengingkari kesan bahwa
manusia umunya menggunakan standar yang keliru. Mereka mencari kekuatan, sukses
dan kekayaan untuk diri mereka sendiri, memuji diri mereka sendiri dihadapan
orang lain dan mereka memandang rendah pada apa yang sebenarnya berharga dalam
hidup" Sigmund Freud.
B.
ALIRAN BEHAVIORISME
Teori
Beaviorisme lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Tujuan psikologi secara
teoritis adalah memprediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan
metode yang dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati,
bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan.
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
- Obyek psikologi adalah tingkah laku.
- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
- mementingkan pembentukan kebiasaan.
Aliran
Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik
lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi
ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental. Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal
dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991)
memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada
revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad
sebelumnya.
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah John B
Watson. Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa
psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan – kegiatan manusia
dan binatang yang dapat diobservasi (atau yang secara potensial dapat
diobservasi). Menurutnya, psikologi itu murni merupakan cabang dari pengetahuan
alam (natural science) eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah
memrediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang
dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran
karena merupakan pengertian yang meragukan.
Prinsip Dasar Behaviorisme
- Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak
- Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh
para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan
akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson,
dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada
overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme
juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik
dalam perkembangan ilmu psikologi.
- Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ALIRAN HUMANISTIK
Aliran
humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun
1950-an dan 1960-an.Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari
psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl
Rogers. Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan
behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti
dengan psikoanalisis dan behaviorisme.
Tekanan
utama oleh behavioris dikenakan pada stimulus dan tingkah laku yang teramati,
dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang
melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah
lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula
potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi
humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang
menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan
tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog
Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan
dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan
tidak baik) kaum behavior.
Menurut
aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah
yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak
disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan.
Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui
sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang
hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan perbuatan manusia yang kejam
dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu.
Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi
peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya
sendiri dan nasib orang lain.
Psikolog
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat
biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Psikologi
humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang
dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia.
Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang
menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli
psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang
berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap
psikologi yang mekanomorfik.
D. PENDAPAT ALLPORT
A. Kepribadian Sehat Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Perbedaan kepribadian sehat menurut aliran
Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik
1. PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi
negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
juga mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
2. BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai
mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut
cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu
digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai
orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus
dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
3. HUMANISTIK
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat,
individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada
masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
1. Pendapat Allport Dalam Membahas Manusia
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia
daripada freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa tentang
manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan
teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
Pandangan-pandangan pribadi dan professional dari
Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia
yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
2. Perkembangan Proprium Sebagai Dasar Perkembangan
Kepribadian Yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi
dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan “diri”,
dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan
membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata ‘appropriate”. Proprium menunjukan kepada
sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang.
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
E. PENDAPAT
ROGERS
Salah satu tokoh penting dalam teori
humanistik adalah Carl Rogers. Beliau adalah seorang ahli terapi yang dididik
secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku,
dia tidak sepenuhnya merasa nyaman dengan dua aliran Freud dan Winnicot,
teori-teori Rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan pada apa yang
dikatakan pasien dalam terapi.
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada
tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia
pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung. Rogers adalah putra
keempat dari enam bersaudara. Tidak banyak teman, lebih suka baca. Rogers
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Pandangan sehat menurut Carl Rogers
Menurut Rogers kepribadian sehat
adalah orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan
rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang di ajukan
oleh aliran freudan, misalnya toilet ranning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya. Rogrs lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang
masa sekarang yang aan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap
berfokus pada apa yag akan terjadi sekarang bukan apa yang akan terjadipada
waktu itu.
Pribadi Carl Rogers
Rogers terkenal sebagai seorang
tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan
terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalamanpengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu
individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan
kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat
adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran
Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual
sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa
sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara
bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan
apa yang terjadi pada waktu itu. Rogers dikenal juga sebagai seorang
fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi
individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada
pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan
fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan
fenomenal tersebut.
Struktur Kepribadian (Self)
Rogers lebih mementingkan dinamika
dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana
kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural
kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi,
diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam teorinya yitu Self,
organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur
kepribadian yang sebenarnya. Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh
yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau
“me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau
“me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang
terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep
self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya
dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap
individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal
Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada
saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan
oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah
yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi self I dan self me
sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak
antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan Jika
tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau maladjustment atau
neurosis.Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- Makhluk hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan
fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat
- Realitas subyektif; organisme menanggapi dunia seperti
yang siamati atau dialaminya. Jadi realita bukan masalah benar atau salah
melainkan masalah persepsi yang sifatnya subjekstif.
- Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem,
sehingga perybahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri
- Medan fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang
internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari dinamakan medan
fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri
sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsepsi-konsepsi
pokok dalam teori Rogers adalah:
- Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
·
Organisme
beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhankebutuhannya.
·
Organisme
mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
·
Organisme
mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin
menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau
mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya
·
Medan
phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan
phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman
yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
·
Self,
yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan
lingkungan.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain
dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
- Self mengejar (menginginkan) consistency
(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
- Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur
self diamati sebagai ancaman.
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan
(maturation) dan belajar.
Sifat
khas dari seseorang yang berfungsi penuh
Rogers mengemukakan lima sifat khas
dari seseorang yang berfungsi penuh:
- Keterbukaan pada pengalaman
Bahwa seseorang tidak bersifat kaku
dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang
diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka
kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapanungkapan baru.
- Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka
ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena
kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
- Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
- Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
- Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak
dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta
dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang
memuaskan.
Aplikasi
Carl Roger sebenarnya tidak begitu
banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai
karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut non-directive therapy,
kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling
yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini
ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
F. PENDAPAT MASLOW
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu
merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang
dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya.
Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai
suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.
Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang
kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian.
Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang
melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua
motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”.
Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat
kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari
kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima
karakteristik. sebagai berikut:
a) Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam
keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak
diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan
segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang
paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan
kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan
selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
b) Kebutuhan
akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah
apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat
kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia
atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia
akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat,
kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan
diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada
kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak
puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
c) Kebutuhan
sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka
kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling
percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan
tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan
relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya,
dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi
kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan
akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak
perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan
yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit
memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering
kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat
berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan
perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi,
meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
d) Kebutuhan akan
penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan
akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal)
mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan,
kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang
kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan,
penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama
baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan
demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang
kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus
asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang
menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus
nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah
terpuaskan.
e) Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang
sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan
menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow
juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan
penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini
merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah
pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina
manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman
spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan
sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan.
Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus
dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah
manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga
psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya
saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek
instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu
kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
- ketidak-hadirannya menimbulkan penyakit
- kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
- pemulihannya menyembuhkan penyakit
- dalam situasi tertentu yang sangat komplek dan
dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata
mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
- Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara
fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Maslow bahwa
meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, namun jangan terlalu kaku
menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya
juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga
menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan
terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.[3]
Kepribadian sehat menurut
Maslow
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki
kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya secara penuh (self actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi
bagi self actualizinga-needs person, dengan nama metamotivation, meta-needs
B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Sementara
motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dinamai
D-motivation atau deficiency.Di bawah ini
ciri-ciri dari metaneeds danmetapologi
Metanees :Sikap percaya,Bijak dan baik,Indah
(estetis),Kesatuan (menyeluruh),Energik dan optimis,Pasti,Lengkap,Adil dan
altruis,Berani,Sederhana (simple)
Metapologis :tidak percaya, sinis dan skeptic,benci
dan memuakkan,vulgar dan mati rasa,disintegrasi,kehilangan semangat hidup,pasif
dan pesimis,kacau dan tidak dapat diprediksi,tidak lengkap dan tidak
tuntas,suka marah-marah, tidak adil dan egois,rasa tidak aman dan memerlukan
bantuan,sangat komplek dan membingungkan
Mengenai self-actualizing person,atau orang yang
sehat mentalnya, Maslow mengemukakanciri-cirinya sebagaiberikut.
1) Mempersepsi
kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam
menjalaninya
2) Menerima dirinya
sendiri, orang laindan lingkungannya.
3) Bersikap spontan,
sederhana, alami, bersikap jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai komitmen
atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang
lain).
5) Bersikap mandiri
atau independen.
6) Memiliki apresiasi
yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
7) Mencapai puncak
pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang
luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan
8) Memiliki minat
social, simpati, empati dan altruis
9) Sangat senang
menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang
lain
10) Bersikap demokratis (toleran, tidak
rasialis, dan terbuka)
11) Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan
tidak takut salah).
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu
manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik,
dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan,
khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan
identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa
untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa
untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai
4) Membantu siswa
agar memahami bahwa hidup ini berharga
5) Mendorng siswa
agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
6) Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan
rasa diakui).
G. PENDAPAT ERICH FROMM
(1900-1980),
lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan
sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfurt dan Munich. Setelah mendapatkan
gelar Ph.D dari Universitas tersebut pada tahun 1922, Fromm lalu belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin.
Tahun
1933, ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut Psikoanalisis
Chicago serta melakukan praktik sendiri di kota New York. Fromm pernah mengajar
pada sejumlah universitas dan institut di Amerika Serikat hingga Meksiko.
Terakhir, Fromm menetap dan meninggal di Swiss, tepatnya di Muralto, pada
tanggal 18 Maret 1980.
Fromm
sangat terpengaruh oleh karya Karl Marx, terutama oleh tulisan Marx yang
pertama, The Economic Philosophical Manuscripts. Tema dasar ulasan Fromm adalah
orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena dirinya dipisahkan alam dan
orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita akan mengulas lebih
dalam mengenai teori-teori Fromm yang terkenal sebagai seorang Humanitarian
Marxism ini.
A. Dasar Teori Fromm
1. Struktur Kepribadian Menurut Erich Fromm
Dalam
formulasi proses perkembangan individu, fromm memusatkan pada kondisi social
dan cultural unik yang mempengaruhi proses perkembangan karakter dan pemuasan kebutuhan
dasar serta eksistensi manusia.ini berbeda dari freud yang menekankan factor
biologi. Fromm tertarik pada aspek cultural.fromm menyebut kepribadian yang
sehat adalah yang berorientasi produktif dan yang tidak sehat adalah yang
berorientasi non produktif.
- Orientasi
Produktif
Tipe
karakter yang mengutamakan kehidupan (Biophilous Character Type). Dalam
pandanga fromm, orang tipe ini mencintai kehidupan dan ingin membentuk atau
mempengaruhi orang lain dengan cinta,dengan akal dan contoh.Fromm percaya bahwa
tipe ini hanya dapat menggunakan kekuatan atau kekuasaan jika mereka
bebas dan independen dari control orang lain.tipe ini mampu menciptakan cinta
yang dewasa. Berikut ini adalah aspek-aspek kepribadian yang sehat dengan
orientasi produktif menurut fromm.
Cinta yang produktif,merupakan suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana patner-patner dapat mempertahankan individualitas mereka. Diri tidak berkurang dalam cinta produktif, melainkan diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan relasional tercapai tetapi identitas dan kemerdekaan seseorang terpelihara.cinta yang produktif menyangkut empat sifat yaitu: perhatian,tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Cinta yang produktif merupakan suatu kegiatan bukan suatu nafsu.cinta produktif ini tidak terbatas pada cinta erotis, tetapi mungkin cinta persaudaraan atau cinta keibuan.
Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektifitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya, bukan pada kepingan-kepingan dan potongan-potongan gejala yang terpisah. Menurut fromm semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif dimana para pemikir didorong oleh ketelitian, respek dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh permasalahan yang ada.
Kebahagiaan,merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif.kebahagiaan bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, melainkan juga suatu kondisi yang meningkatkat seluruh organism menghasilkan perubahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi seseorang.
Suara Hati, merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan manusia menurut orientasi produktif. Fromm membedakan suara hati dalam dua tipe, yaitu suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
- Orientasi
non-Produktif
Fromm
meembagi orientasi non produktif ke dalam lima tipe karakter manusia, yaitu:
Tipe Karakter Menerima(Receptive Character Type).dalam pandangan fromm,tipe karakter menerima adalah orang yang percaya sumber segala kepuasan terletak diluar diri mereka sendiri.Kebayakan karakter demikian periang dan bersahabat. Ketika menghadap situasi sulit, mereka menjadi putus asa dan bergantung pada orang lain dan tidak pada sumber intelektual mereka sendiri untuk memecahkan masalahnya.
Tipe Karakter Eksploitatif(Exploitative Character type).Orang yang bertipe eksploitatif adalah mereka yang percaya bahwa semua kepuasan terletak pada diri mereka sendiri.mereka tidak menunggu secara pasif, melainkan aktif dalam meraih apa yang mereka inginkan dari orang lain dengan memaksa auat kelicikan. Fromm percaya bahwa individu dengan tipe eksploitatif melakukan relasi yang tidak produktif terhadap sesame. Akibatnya, mereka mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
Tipe karakter Penimbun(Hoarding Character Type). Tipe karakter ini memiliki kepercayaan kecil akan kebaikan di dunia luar. Sebagai konsekuensinya, mereka berhubungan dengan dunia luar dengan cara yang negative, umumnya dengan menarik diri (withdrawal) dari orang lain.
Tipe Karakter Nekrophilia (Necrophilious Character Type). Necrophilia merupakan satu karakter turunan dari karakter anal yang berbahaya, kalau Hoarding character memperlihatkan perilaku dekstruktif yang pasif dan dalam bentuk menarik diri, necrophilia memperlihatkan perilaku dekstruktif dengan mengeksploitasi dan merusak orang lain atau benda- benda, serta alam lingkungan. Mereka adalah tipe orang yang tertarik dan berpenampilan pada segala bentuk kematian. Mereka senang berbicara soal penyiksaan, kematian dan penguburan. Lebih jauh mereka sangat terikat dengan kekuatan dan kekuasaan.
Tipe Karakter Pasar (Marketing Character Type). Fromm mengatakan bahwa orientasi ini hanya berkembang pada masyarakat industry. Dalam masyarakat demikian, orang belajar untuk memperlakukan diri mereka sendiri dan orang lain seperti komoditi dengan satu nilai tukar tertentu dalam satu interaksi parallel dalam ekonomi ilus
2. Dinamika Kepribadian Menurut Erich Fromm
Manusia
tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian. Agar dapat
bertahan hidup manusia harus menyatu dengan yang lain. Keinginan akan perpaduan
antarpribadi adalah perjuangan yang paling kuat dalam diri manusia. Ini
merupakan kekuatan yang membuat bangsa manusia tetap tinggal bersama sebagai
kelompok, family dan masyarakat. Sumbangan Fromm dalam menggali kebutuhan
naluriah yang mendasar dalam perspektif psikoanalisis adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan
Relasional (Need For Relatedness).
Manusia
yang menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan ikatan satu sama lain
menjadikan manusia menemukan keserasian baru yang lebih manusiawi sebagai ganti
pramanusiawi yang sudah hilang dan tidak bisa diperoleh kembali. Sebagai
akibatnya, manusia harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain dan
menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan
ikatan-ikatan yang hilang dengan alam. Menurut Fromm, pemuasan kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis.
- Kebutuhan
akan Identitas (Need for Identity).
Manusia
sebagai individu yang unik membutuhkan perasaan identitas. Masing –masing
individu memiliki tingkat kesadaran diri dan pengetahuan tentang kemampuannya.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan
individualitas, suatu proses di mana seseorang mencapai perasaan tertentu
tentang identitas diri. Orang yang perasaan individualitasnya berkembang dengan
baik akan dapat mengontrol kehidupannya sendiri.
- Kebutuhan
akan Transendensi (Need for Trancendence).
Kebutuhan
transendensi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengatasi peranan
pasif sebagai ciptaan. Cara sehat untuk mengatasi keadaan binatang yang pasif
salah satunya ialah mencipta. Jadi, manusia bertindak aktif dan kreatif untuk
menguasasai alam.
- Kebutuhan
Berakar (Need for Rootedness).
Menurut
Fromm, akar-akar baru harus dibangun untuk menggantikan ikatan-ikatan
sebelumnya dengan alam. Kebutuhan tersebut dapat dicapai secara positif atau
negatif. Cara yang yang positif adalah dengan membangun perasaaan persaudaraan
dengan sesama umat manusia, yaitu dalam masyarakat.
- Kebutuhan
akan Kerangka Orientasi (frame of Orientation and Devotion).
Pencarian
perasaan diri yang unik adalah suatu pencarian atau konteks di mana seseorang
menginterpretasikan semua gejala dunia. Dasar ideal krangka orientasi adalah
pikiran, yaitu sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan gambaran
realistis dan objektif tentang dunia.
B. Kepribadian Sehat dan Ciri –
cirinya menurut Fromm
menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu
mencintai dan dicintai,
- mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki
watak sosial yang produktif.
REFERENSI
Tugas
ke 1
Teori
Kepribadian Sehat
Nama : Nurma Khairunnisa
Kelas : 2pa15
Npm
: 18514230
A.
ALIRAN PSIKOANALISIS
Teori Psikoanalisa dari Sigmund
Freud, menurut beliau kepribadian itu terdiri dari tiga unsur, yaitu Id , Ego ,
Superego.
menurut beliau ketiga unsur tersebut
bekerja sama untuk menghasilkan perilaku manusia yang komples. Sigmud Freud
merupakan seorang psikolog dan filosof terkenal dan pernah mendapatkan
penghargaan Goethe Prize. Beliau lahir pada 6 Mei 1856 di Freiberg, beliau merupakan
seorang Austria keturunan Yahudi dan juga pendiri aliran psikoanalisis dalam
bidang ilmu psikologi. Menurut Sigmund Freud, Id merupakan sumber segala energi
psikis sehingga Id merupakan komponen utama dalam kepribadian. Id adalah
satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir, aspek kepribadiannya
sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Id didorong oleh
prinsip kesenangan yang berusaha untuk memenuhi semua keinginan dan kebutuhan,
apabila tidak terpenuhi maka akan timbul kecemasan dan ketegangan. Menurut
Frued id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip
kesenangan dengan proses utama yang melibatkan proses dalam pembentukan citra
mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
Sebagai contoh adalah ketika merasa lapar atau haus maka akan segera memenuhi
kebutuhan tersebut dengan makan atau minum sampai id tersebut terpenuhi. Yang
kedua adalah Ego. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk
menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan
bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia
nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego
beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan proses sekunder adalah mencegah
terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan
kebutuhan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan. Dan komponen yang terakhir
adalah Superego. Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan
moral masyarakat yang ditanam oleh adat-istiadat, agama, orangtua, dan
lingkungan. Pada dasarnya Superego adalah hati nurani, jadi Superego memberikan
pedoman untuk membuat penilaian, baik yang benar atau yang salah. Superrgo
hadir dalam sadar, prasadar dam tidak sadar. Id, Ego dan Superego saling
mempengaruhi satu sama lain, ego bersama dengan superego mengatur dan
mengarahkan pemenuhan id dengan berdasarkan aturan-aturan yang benar dalam
masyarakat, agama dan perilaku yang baik atau buruk. Menurut Sigmund Freud,
kunci kepribadian yang sehat adalah keseimbangan antara Id, Ego dan Superego.
Itulah teori psikoanalisis kepribadian yang mencakup Id, Ego dan Superego
menurut Sigmund Freud.
prinsip-prinsip psikoanalisis tentang hakekat manusia
sebagai berikut:
- Perilaku
pada masa dewasa berakar pada pengalaman masa kanak-kanak
- Sebagaian
besar perilaku terintegrasi melalui proses mental yang tidak disadari
- Pada
dasarnya manusia memiliki kecenderungan yang sudah diperoleh sejak
lahir,terutama kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido
dan agresifitasnya
- Secara
umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
- Kegagalan
dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis.
- Pembentukan
simpton merupakan bentuk defensive
- Pengalaman
tunggal hanya dipahami dengan melihat keseluruhan pengalaman seseorang.
Masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang adalah saling berhubungan
dalam satu kesatuan apa yang terjadi pada seseorang pada saat ini
dihubungkan pada sebab-sebab dimasa lampaunya dan memotivasi untuk
mencapai tujuan-tujuan dimasa yang akan dating
- Latihan
pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa
dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku. Pandangan
psikoanalisis ini memberi implikasi yang sangat luas terhadap koseling dan
psikoterapi, khususnya dalam aspek tujuan yang hendak dicapai serta
prosedur yang dapat dikembangkan.
Teori Kepribadian
Freud mengembangkan sejumlah teori
kepribadian, teori-teori tersebut memiliki relvansi dengan proses konseling
psikoanalisis, diantara teori-tersebut adalah Topografi Kepribadian.
Teori ini menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari
sub-subsistem, bagi pencetus teori ini (Freud) kepribadian itu berhubungan
dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan,
yaitu:
ü Alam Sadar (conscious/Cs) adalah
bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan
sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat
individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.
ü Alam Prasadar (preconcious/Pcs)
adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi
untuk mengantarakan ide, ingatan, perasaan tersebut kealam sadar jika kita
berusaha mengingatkanya kembali. Alam prasadar bukan bagian dari alam sadar,
melainkan bagian lain yang biasanya membutuhkan waktu beberapa saat untuk
menyadari sesuatu.
ü Alam Bawah Sadar
(unconscious/Ucs) adalah bagian dari dunia keasadran yang terbesardan
sebagai bagian terpenting dari strukutur psikis, karena segenap pikiran dan
perasaan yang dialami sepanjang hidup individu yang tidak dapat disadari lagi
akan tersimpan di dalamnya. Perilaku manusia sebagian besar didorang oleh
perasaan dan pikiran yang tersimpan di dalam unconscious ini. Struktur
Kepribadian menurut Freud bahwa kepribadian manusia tersusun secara stuktural.
Freud berpendapat bahwa dalam dunia kesadaran (awareness) individu terdapat
subsistem struktur kepribadian yang berinteraksi secara dinamis, diantara
subsistem tersebut adalah id: komponen biologis, ego: komponen psikologis dan
superego komponen sosial
Kutipan kata-kata mutiara yang
pernah dilontarkan oleh beliau "Kita tidak bisa mengingkari kesan bahwa
manusia umunya menggunakan standar yang keliru. Mereka mencari kekuatan, sukses
dan kekayaan untuk diri mereka sendiri, memuji diri mereka sendiri dihadapan
orang lain dan mereka memandang rendah pada apa yang sebenarnya berharga dalam
hidup" Sigmund Freud.
B.
ALIRAN BEHAVIORISME
Teori
Beaviorisme lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu
sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan
pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Tujuan psikologi secara
teoritis adalah memprediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan
metode yang dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati,
bukan kesadaran karena merupakan pengertian yang meragukan.
PRINSIP PRINSIP TEORI BEHAVIORISME
- Obyek psikologi adalah tingkah laku.
- semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek.
- mementingkan pembentukan kebiasaan.
Aliran
Behaviorisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik
lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi
ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur
kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi
diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme
tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai
oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari
fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada
proses-proses mental. Meskipun pandangan Behaviorisme sekilas tampak radikal
dan mengubah pemahaman tentang psikologi secara drastis, Brennan (1991)
memandang munculnya Behaviorisme lebih sebagai perubahan evolusioner daripada
revolusioner. Dasar-dasar pemikiran Behaviorisme sudah ditemui berabad-abad
sebelumnya.
Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah John B
Watson. Ia menolak bahwa pikiran sebagai subjek psikologi dan bersikeras bahwa
psikologi dibatasi pada studi tentang perilaku dari kegiatan – kegiatan manusia
dan binatang yang dapat diobservasi (atau yang secara potensial dapat
diobservasi). Menurutnya, psikologi itu murni merupakan cabang dari pengetahuan
alam (natural science) eksperimental. Tujuan psikologi secara teoritis adalah
memrediksi dan mengontrol perilaku, sehingga instropeksi bukan metoda yang
dipergunakan. Yang dipelajari adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kesadaran
karena merupakan pengertian yang meragukan.
Prinsip Dasar Behaviorisme
- Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak
- Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo
problem untuk sciene, harus dihindari.
- Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah
satu-satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
- Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh
para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan
akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson,
dengan mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada
overt behavior tetap terjadi.
- Aliran behaviorisme
juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat positivistik
dalam perkembangan ilmu psikologi.
- Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam
dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
C. ALIRAN HUMANISTIK
Aliran
humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun
1950-an dan 1960-an.Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari
psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl
Rogers. Walaupun psikolog humanistik dipengaruhi oleh psikoanalisis dan
behaviorisme, namun aliran ini mempunyai ketidaksesuaian yang sangat berarti
dengan psikoanalisis dan behaviorisme.
Tekanan
utama oleh behavioris dikenakan pada stimulus dan tingkah laku yang teramati,
dipandang Psikologi Humanistik sebagai penyederhanaan yang keterlaluan yang
melalaikan diri manusia sendiri dan pengalaman-pengalaman batinnya, tingkah
lakunya yang kompleks seperti cinta, nilai-nilai dan kepercayaan, begitu pula
potensinya untuk mengarahkan diri dan mengaktualisasikan diri. Maka psikologi
humanistik sangat mementingkan diri (self) manusia sebagai pemersatu yang
menerangkan pengalaman-pengalaman subjektif individual, yang banyak menentukan
tingkah lakunya yang dapat diamati.
Psikolog-psikolog
Humanistik pun tidak menyetujui pandangan pesismis terhadap hakekat manusia dan
dicerminkan oleh psikoanalisis Freud maupun pandangan netral (tidak jahat dan
tidak baik) kaum behavior.
Menurut
aliran humanistik, kedua aliran itu memandang tingkah laku manusia secara salah
yaitu sebagai tingkah laku yang seluruhnya ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
diluar kekuasaannya; apakah kekuatan-kekuatan itu berupa motif-motif yang tak
disadari atau conditioning dari masa kanak-kanak dan pengaruh lingkungan.
Bertentangan dengan kedua pandangan aliran tadi, aliran Humanistik menyetujui
sebuah konsep yang jauh lebih positif mengenai hakekat manusia, yakni memandang
hakekat manusia itu pada dasarnya baik. Perbuatan perbuatan manusia yang kejam
dan mementingkan diri sendiri dipandang sebagai tingkah laku patologik yang
disebabkan oleh penolakan dan frustasi dari sifat yang pada dasarnya baik itu.
Seorang manusia tidak dipandang sebagai mesin otomat yang pasif, tetapi sebagi
peserta yang aktif yang mempunyai kemerdekaan memilih untuk menentukan nasibnya
sendiri dan nasib orang lain.
Psikolog
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia sebagaimana manusia melihat
kehidupan mereka. Mereka cenderung untuk berpegang pada prespektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk
berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan hasrat
biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka. Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Psikologi
humanistik adalah suatu gerakan perlawanan terhadap psikologi yang
dominan yang mekanistik, reduksionistik, atau ’psikologi robot” yang mereduksi manusia.
Psikologi humanistik juga menentang metodologi yang restriktif yang
menyisihkan pengalaman batin. Psikologi humanistik menghimpun para ahli
psikologi yang merepresentasikan pandangan-pandangan dan kecenderungan yang
berbeda, juga para ahli psikologi yang hanya menyetujui penolakan terhadap
psikologi yang mekanomorfik.
D. PENDAPAT ALLPORT
A. Kepribadian Sehat Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran Humanistik merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
B. Perbedaan kepribadian sehat menurut aliran
Psikoanalisa, Behaviorisme dan Humanistik
1. PSIKOANALISA
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi
negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini
juga mengabaikan potensi yang dimiliki oleh manusia, selain itu juga
berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang berkeinginan (homo volens).Dalam
pandangan Freud, semua perilaku manusia baik yang nampak (gerakan otot) maupun
yang tersembunyi (pikiran) adalah disebabkan oleh peristiwa mental sebelumnya.
Terdapat peristiwa mental yang kita sadari dan tidak kita sadari.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit dari kodrat manusia, karana hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Aliran ini mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kepribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Aliran ini menyatakan bahwa struktur dasar kepribadian manusia sudah terbentuk pada usia lima tahun. Freud membagi struktur kepribadian dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Id merupakan sumber dari insting kehidupan (makan, minum, tidur) dan insting agresif yang menggerakkan tingkah laku. Id berorientasi pada prinsip kesenangan. Ego sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi pada prinsip realitas. Superego merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan norma di masyarakat mengenai baik-buruk atau benar-salah. Superego berfungsi untuk merintangi dorongan id, terutama dorongan seksual dan sifat agresif, juga mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistik dengan tujuan moralistik, serta mengejar kesempurnaan.
Secara umum perilaku manusia bertujuan dan mengarah pada tujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis. Latihan pengalaman dimasa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi pada transferensi selama proses perilaku.
2. BEHAVIORISME
Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai
mesin, yaitu di dalam suatu sistem kompleks yang bertingkah laku menurut
cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam pandangan kaum behavioris, individu
digambarkan sebagai suatu organisme yang bersifat baik, teratur, dan ditentukan
sebelumnya, dengan banyak spontanitas, kegembiraan hidup, berkreativitas,
seperti alat pengatur panas. Jadi, manusia dilihat oleh para behavioris sebagai
orang-orang yang memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus
dari luar dan manusia di anggap tidak memiliki diri sendiri.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
Behaviorisme menekankan perspektif psikologi pada tingkah laku manusia, yakni bagaimana individu dapat memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, dan menjadi lebih mengetahui. Behaviorisme memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan, pengalaman, dan pemeliharaan atas bentuk perilakunya. Tujuan aliran psikologi Behaviorisme adalah mencoba memprediksi dan mengontrol perilaku manusia sebagai introspeksi dan evaluasi terhadap tingkah laku yang dapat diamati, bukan pada ranah kesadaran.
Hakikat aliran Behaviorisme adalah teori belajar, bagaimana individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Kepribadian dapat dipahami dengan mempertimbangkan perkembangan tingkah laku dalam hubungannya yang terus menerus dengan lingkungannya. Menurut B.F. Skinner, cara efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah laku adalah dengan melakukan penguatan (reinforcement) dan pemberian hukuman (punishment). Jadi, yang menjadi prinsip umum dalam aliran Behaviorisme adalam tingkah laku sebagai objek, refleks atas semua bentuk tingkah laku, dan pembentukan kebiasaan dalam individu.
3. HUMANISTIK
Menurut aliran humanistik kepribadian yang sehat,
individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada
masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang
baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Ciri dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
1. Pendapat Allport Dalam Membahas Manusia
Allport lebih optimis tentang kodrat manusia
daripada freud, dan ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa tentang
manusia, sifat-sifatnya yang tampaknya bersumber pada masa kanak-kanaknya.
Pengalaman-pengalaman pribadinya ini kelak tercermin dalam pandangan-pandangan
teoritisnya tentang kodrat kepribadian.
Pandangan-pandangan pribadi dan professional dari
Allport berbeda dengan pandangan-pandangan Freud dan gambaran kodrat manusia
yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar ──kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tak sadar dan tingka laku mereka tidak ditentukan oleh setan-setan yang ada jauh dalam mereka. Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang dewasa yang neurotis. Akan tetapi individu-individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian-kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma, konflik-konflik masa kanak-kanak. Tetapi orang-orang bebas dari paksaan-paksaan masa lampau . orang-orang yang sehat dibimbing dan diarahkan oleh masa sekarang dan oleh intense-intensi kearah masa depan dan antipasti-antipasi masa depan. Pandangan orang yang sehat adalah ke depan, kepada peristiwa-peristiwa kontemporer dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, dan tidak mundur kembali kepada peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak.segi pandangan yang sehat itu member jauh lebih banyak ke bebasan dalam memilih dan bertindak.
Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan-kesamaan fungsional antara orang yang neurotis dan orang yang sehat. Karena itu daripada menempatkan suatu rangkaian kesatuan (continuum) antara neurosis dan kesehatan emosional, Allport mengemukakan suatu jurang atau dikotomi antara keduanya dan salah satu diantara sifat-sifat dari yang lainnya. Dalam pandangan Allport, orang yang neurotis beroperasi dalam genggaman konflik-konflik dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi.
Karena Allport mengetahui perbedaan-perbedaan antara manusia yang neurotis dan manusia yang sehat ini, karena dia lebih suka mempelajari hanya orang-orang dewasa yang matang (berlawanan dengan freud dan orang-orang lain yang mempelajari hanya orang-orang yang neurotis) dan hanya sedikit saja berbicara mengenai orang-orang yang neurotis. Karena itu kita dapat berkata bahwa system dari Allport hanya berorientasi pada kesehatan.
Menurut Allport, motif-motif seorang dewasa bukan perpanjangan atau perluasan motif-motif masa kanak-kanak. Motif-motif orang dewasa secara fungsional otonom terhadap masa kanak-kanak, yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan-keadaan asli, otonom sama seperti pohon ek yang sudah tumbuh dengan sempurna dari bijinya yang pernah memberinya makanan. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian-kepribadian yang matang dan member pertunjukan yang paling baik untuk memahami tingkah laku sekarang. Allport menulis, ”Memiliki tujaun-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit”. “Kodrat intensional’ (intentional nature), kepribadian sehat ─ perjuangan-perjuangan kearah masa depan ini ─ mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kodrat intensional dari kepribadian melayani maksud lain; ia menambah tingkat tegangan individu. Dalam pandangan ini individu di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus didorong untuk mereduksikannya.
Allport percaya bahwa model reduksi tegangan ini dalam kepribadian manusia hanya sebagian benar karena tidak menjelaskan sebagian terbesar dorongan dari orang yang sehat. Allport menunjukan bahwa orang yang sehat ingin lebih banyak dari pada reduksi tegangan hidup.
Allport percaya bahwa dorongan dari semua orang yang sehat adalah sama.orang yang sehat disorong kedepan oleh suatu misi masa depan dan visi itu mempersatukan kepribadian dan membawa orang itu kepada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah.
Ada segi lain dari konsepsi allport tentang kepribadian sehat yang mungkin kelihatannya paradoks: tujuan-tujuan yang dicita-citakan oleh orang yang sehat pada hakikatnya tidak dapat dicapai! Dia rupanya mengemukakan bahwa meskipun subtujuan-subtujuan yang dekat dapat dicapai, namun tujuan terakhir tidak dapat dicapai.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga “prinsip penguasaan dan kemampuan” (principle of mastery and competence) yang berpendapat bahwa orang-orang yang matang dan sehat tidak cukup puas dengan melaksanakan atau mencapai tingkat-tingkat yang sedang atau yang hanya memadai. Mereka didorong untuk melakukan sedapat mungkin, untuk mencapai tingkat penguasaan dan kemampuan yang tinggi dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
2. Perkembangan Proprium Sebagai Dasar Perkembangan
Kepribadian Yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi
dan kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan “diri”,
dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan
membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata ‘appropriate”. Proprium menunjukan kepada
sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang.
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
Proprium itu berkembang dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkatan “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut telah dipersatukan dalam satu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium ini merupakan suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri; perasaan tentang diri bukan merupakn bagian dari warisan keturunan kita. Bayi tidak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang lain, dan benda-benda, perbedaan itu menjadi lebih jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.
Identitas-diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas-diri. Anak mulai sadar akan identitas dirinya yang berlangsung terus bagi seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas-diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambing dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
Tingkat ketiga dalam proprium adalah timbulnya harga-diri. Pada tingkat ini, anak ingin membuat benda-benda, menyelidiki dan memuaskan perasaan ingin tahunya tentang lingkungan, memanipulasi dan mengubah lingkungan itu. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkatan perkembangan yang menentukan; apabila orangtua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang akan timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah. Inti dari munculnya harga-diri ialah kebutuhan anak akan ekonomi.
Tingkat perkembangan diri berikutnya, yaitu perluasan diri (self extension), mulai dari sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”, “rumahku”, “sekolahku’. Ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk tidak hanya memasukkan benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Gambaran ini (atau rangkaian gambaran-gambaran) berkembang dari interaksi-interaksi antar orangtua dan anak.lewat pujian, dan hukuman, anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkannya supaya menampilkan tingkah lau-tingkah laku tertentu dan menjauhi tingkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua ini, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab, moral, serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intense-intensi.
Diri sebagai Pelaku Rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional mulai timbul. Anak belajar bahwa ia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan Proprium (Propriate Striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving) ─ tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfthood) ─ timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan masa yang sangat menentukkan. Pertanyaan “Siapakah saya’ adalah sangat penting. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan mimpi-mimpi jangka panjang. Berbarengan denga ini ialah, perkembangan dari daya dorong ke depan. Intense-intensi, aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “Sasaran-sasaran yang menentukkan’ ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian sehat. Suatu kegagalan atau suatu kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi harmonis dari tingkat-tingkat itu dalam proprium
E. PENDAPAT
ROGERS
Salah satu tokoh penting dalam teori
humanistik adalah Carl Rogers. Beliau adalah seorang ahli terapi yang dididik
secara psikodinamika dan peneliti psikologi yang dididik secara teori perilaku,
dia tidak sepenuhnya merasa nyaman dengan dua aliran Freud dan Winnicot,
teori-teori Rogers diperoleh secara klinis yaitu berdasarkan pada apa yang
dikatakan pasien dalam terapi.
Sejarah Carl Rogers
Carl Ransom Rogers lahir pada
tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia
pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung. Rogers adalah putra
keempat dari enam bersaudara. Tidak banyak teman, lebih suka baca. Rogers
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika.
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran
fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep
teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Pandangan sehat menurut Carl Rogers
Menurut Rogers kepribadian sehat
adalah orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan
rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang di ajukan
oleh aliran freudan, misalnya toilet ranning, penyapihan ataupun pengalaman
seksual sebelumnya. Rogrs lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat
bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang
masa sekarang yang aan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap
berfokus pada apa yag akan terjadi sekarang bukan apa yang akan terjadipada
waktu itu.
Pribadi Carl Rogers
Rogers terkenal sebagai seorang
tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan
terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam
pengalamanpengalaman terapeutiknya. Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu
individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan
hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan
kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat
adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi
dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran
Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual
sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa
sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara
bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga
kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan
apa yang terjadi pada waktu itu. Rogers dikenal juga sebagai seorang
fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi
individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada
pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan
fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan
fenomenal tersebut.
Struktur Kepribadian (Self)
Rogers lebih mementingkan dinamika
dari pada struktur kepribadian, Sejak awal Rogers mengurusi cara bagaimana
kepribadian berubah dan berkembang, Rogers tidak menekankan aspek struktural
kepribadian. Namun demikian, dari 19 rumusannya mengenai hakekat pribadi,
diperoleh tiga konstruk yang menjadi dasa penting dalam teorinya yitu Self,
organisme dan medan fenomena.
Konsep pokok dari teori kepribadian
Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan struktur
kepribadian yang sebenarnya. Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh
yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau
“me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau
“me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang
terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang
dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Konsep
self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya
dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
Carl Rogers mendeskripsikan the self
atau self-structure sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap
individu melihat dirinya sendiri. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal
Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self
adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau
apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut.
Perhatian Rogers yang utama adalah
bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen/ sebidang. Artinya ada
saat dimana self berada pada keadaan inkongruen, kongruensi self ditentukan
oleh kematangan, penyesuaian, dan kesehatan mental, self yang kongruen adalah
yang mampu untuk menyamakan antara interpretasi dan persepsi self I dan self me
sesuai dengan realitas dan interpretasi self yang lain. Semakin lebar jarak
antara keduanya, semakin lebar ketidaksebidangan ini. Semakin besar
ketidaksebidangan, maka semakin besar pula penderitaan yang dirasakan Jika
tidak mampu maka akan terjadi ingkongruensi atau maladjustment atau
neurosis.Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- Makhluk hidup; Organisme adalah makhluk lengkap dengan
fungsi fisik dan psikologisnya, tempat semua pengalaman dan segala sesuatu
yang secara potensial terdapat dalam kesadar setiap saat
- Realitas subyektif; organisme menanggapi dunia seperti
yang siamati atau dialaminya. Jadi realita bukan masalah benar atau salah
melainkan masalah persepsi yang sifatnya subjekstif.
- Holisme; organisme adalah satu kesatuan sistem,
sehingga perybahan pada satu bagian akan mempengaruhi bagian lain. Setiap
perubahan memiliki makna pribadi atau bertujuan, yakni tujuan
mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri
- Medan fenomena. Keseluruhan pengalaman itu, baik yang
internal maupun eksternal, disadari maupun tidak disadari dinamakan medan
fenomena. Medan fenomena adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang
sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
Rogers menggambarkan pribadi yang
berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa
syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri
sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk
menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Konsepsi-konsepsi
pokok dalam teori Rogers adalah:
- Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual).
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
·
Organisme
beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi
kebutuhankebutuhannya.
·
Organisme
mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan
diri.
·
Organisme
mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin
menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau
mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya
·
Medan
phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman (the totality of experience). Medan
phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman
yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
·
Self,
yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari
pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
- Self berkembang dari interaksi organisme dengan
lingkungan.
- Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain
dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
- Self mengejar (menginginkan) consistency
(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
- Organisme
bertingkah laku dalam cara yang selaras (consistent) dengan self.
- Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur
self diamati sebagai ancaman.
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan
(maturation) dan belajar.
Sifat
khas dari seseorang yang berfungsi penuh
Rogers mengemukakan lima sifat khas
dari seseorang yang berfungsi penuh:
- Keterbukaan pada pengalaman
Bahwa seseorang tidak bersifat kaku
dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang
diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka
kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapanungkapan baru.
- Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka
ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena
kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
- Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang
dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu
tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau
intelektual.
- Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara
psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
- Kreativitas
Seorang yang kreatif bertindak
dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta
dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang
memuaskan.
Aplikasi
Carl Roger sebenarnya tidak begitu
banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai
karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut non-directive therapy,
kemudian digunakan Client Centered therapy dengan maksud individualitas konseling
yang setaraf dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini
ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
F. PENDAPAT MASLOW
Pertama-tama Maslow menekankan bahwa individu
merupakan kesatuan yang terpadu dan terorganisasi, sehingga motivasi seseorang
dalam melakukan sesuatu adalah motivsi individu seutuhnya bukan bagian darinya.
Menurut maslow manusia harus diselidiki sebagai sesuatu yang totalitas, sebagai
suatu system, setiap bagian tidak dapat dipisahkan dengan bagian yang lain.
Pernyataan ini hampir menjadi aksioma yang diterima oleh semua orang, yang
kemudian sering dilupakan dan diabaikan tatkala seseorang melakukan penelitian.
Penting sekali untuk selalu disadarkan kembali hal ini sebelum seseorang
melakukan eksperimen atau menyusun suatu teori motivasi yang sehat.
Hirarki Kebutuhan
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua
motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”.
Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat
kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari
kebutuhan tersebut.. Maslow membuat tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima
karakteristik. sebagai berikut:
a) Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan manusia yang
paling mendasar untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan
akan makanan, minuman, tempat tinggal, seks, tidur, istirahat, dan udara.
Seseorang yang mengalami kekurangan makanan, harga diri, dan cinta,
pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi orang yang berada dalam
keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat lain kecuali makanan. Tidak
diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini adalah kebutuhan yang paling kuat
dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri manusia yang sangat merasa kekurangan
segala-galanya dalam kehidupannya, besar sekali kemungkinan bahwa motivasi yang
paling besar ialah kebutuhan fisiologis dan bukan yang lain-lainnya. Dengan
kata lain, seorang individu yang melarat kehidupannya, mungkin sekali akan
selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan ini
b) Kebutuhan
akan rasa aman
Setelah kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah
apa yang digambarkan Maslow sebagai kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan.
Kebutuhan ini menampilkan diri dalam kategori kebutuhan akan kemantapan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut, cemas dan kekalutan, kebutuhan akan
struktur, ketertiban, hukum, batas-batas, dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat
kita amati pada seorang anak. Biasanya seorang anak membutuhkan suatu dunia
atau lingkungan yang dapat diramalkan. Seorang anak menyukai konsistensi dan
kerutinan sampai batas-batas tertentu. Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia
akan menjadi cemas dan merasa tidak aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki
kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat,
kebutuhan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan
diantara kita ini tidak menyerah atau sama sekali tunduk kepada
kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi dalam pada itu juga kita merasa tidak
puas kalau jaminan dan stabilitas sama sekali tidak ada.
c) Kebutuhan
sosial
Setelah terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka
kebutuhan sosial yang mencakup kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling
percaya, cinta, dan kasih sayang akan menjadi motivator penting bagi perilaku.
Pada tingkat kebutuhan ini,belum pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan
tiadanya seorang sahabat, kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan
relasi yang penuh arti dan penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia
membutuhkan terutama tempat (peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya,
dan akan berusaha keras untuk mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi
kebutuhan ini bahkan mungkin telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan
akan makanan, ia pernah meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak
perlu, dan tidak penting. Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan
yang tak menentu.
Maslow percaya bahwa makin lama makin sulit
memuaskan kebutuhan akan memiliki dan cinta kerena mobilitas kita.begitu sering
kita berganti rumah, tetangga, kota, bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat
berakar. Kita tidak cukup lama berada disuatu tempat untuk mengembangkan
perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa merasakan kesepian dan terisolasi,
meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang banyak.
d) Kebutuhan akan
penghargaan
Maslow membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan
akan penghargaan secara internal dan eksternal. Yang pertama (internal)
mencakup kebutuhan akan harga diri, kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan,
kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang
kedua (eksternal) menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan,
penerimaan, ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama
baik. Orang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan
demikian ia akan lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang
kurang akan menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus
asa serta perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat
kebutuhan ini adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang
menghambat perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus
nasi goreng atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah
terpuaskan.
e) Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Menurut Maslow, setiap orang harus berkembang
sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia untuk tumbuh berkembang, dan
menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow sebagai aktualisasi diri. Maslow
juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh
kemampuan sendiri, menjadi apa menurut kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan
aktualisasi diri ini biasanya muncul setelah kebutuhan akan cinta dan akan
penghargaan terpuaskan secara memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini
merupakan aspek terpenting dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah
pemikir menjadikan kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina
manusia berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya
jembatan antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman
spiritual. Manajer yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan
sisi kerohanian. Dalam konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat
dari titik tolak kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan.
Dengan demikian perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus
dan terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih
suka memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
Konsep yang mendasar bagi teori maslow adalah
manusia di motivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak semata-mata bersifat fisiologis tetapi juga
psikologis. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan inti dari kodrat manusia, hanya
saja manusia lemah dan mudah diselewengkan dan dikuasai oleh proses belajar,
kebiasaan atau tradisi yang keliru. Kebutuhan-kebutuhan itu adalah aspek
instrinsik kodrat manusia yang tidak akan mati karena kebudayaan. Suatu
kebutuhan dapat dikatakan sebagai kebutuhan dasar jika memenuhi syarat sebagai
berikut :
- ketidak-hadirannya menimbulkan penyakit
- kehadirannya mencegah timbulnya penyakit
- pemulihannya menyembuhkan penyakit
- dalam situasi tertentu yang sangat komplek dan
dimana orang bebas memilih, orang yang sedang berkekurangan ternyata
mengutamakan kebutuhan itu dibandingkan jenis-jenis kepuasan lainnya.
- Kebutuhan itu tidak aktif, lemah atau secara
fungsional tidak terdapat pada orang yang sehat.
Suatu catatan yang diberikan oleh Maslow bahwa
meskipun kebutuhan manusia bertingkat-tingkat, namun jangan terlalu kaku
menanggapinya, mungkin saja orang yang belum terpenuhi kebutuhan makanannya
juga menginginkan rasa aman, atau orang yang belum sempurna rasa amannya juga
menginginkan kasih sayang atau orang pada tingkat rendah mungkin akan
terpuaskan hanya dengan makanan saja dan seterusnya.[3]
Kepribadian sehat menurut
Maslow
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki
kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya secara penuh (self actualizing person). Dia mengemukakan teori motivasi
bagi self actualizinga-needs person, dengan nama metamotivation, meta-needs
B-motivation, atau being values (kebutuhan untuk berkembang). Sementara
motivasi bagi orang yang tidak mampu mengaktualisasikan dirinya dinamai
D-motivation atau deficiency.Di bawah ini
ciri-ciri dari metaneeds danmetapologi
Metanees :Sikap percaya,Bijak dan baik,Indah
(estetis),Kesatuan (menyeluruh),Energik dan optimis,Pasti,Lengkap,Adil dan
altruis,Berani,Sederhana (simple)
Metapologis :tidak percaya, sinis dan skeptic,benci
dan memuakkan,vulgar dan mati rasa,disintegrasi,kehilangan semangat hidup,pasif
dan pesimis,kacau dan tidak dapat diprediksi,tidak lengkap dan tidak
tuntas,suka marah-marah, tidak adil dan egois,rasa tidak aman dan memerlukan
bantuan,sangat komplek dan membingungkan
Mengenai self-actualizing person,atau orang yang
sehat mentalnya, Maslow mengemukakanciri-cirinya sebagaiberikut.
1) Mempersepsi
kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman dalam
menjalaninya
2) Menerima dirinya
sendiri, orang laindan lingkungannya.
3) Bersikap spontan,
sederhana, alami, bersikap jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4) Mempunyai komitmen
atau dedikasi untuk memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang
lain).
5) Bersikap mandiri
atau independen.
6) Memiliki apresiasi
yang segar terhadap lingkungan di sekitarnya
7) Mencapai puncak
pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami kegembiraan yang
luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik atau keagamaan
8) Memiliki minat
social, simpati, empati dan altruis
9) Sangat senang
menjalin hubungan interpersonal (persahabatan atau persaudaraan) dengan orang
lain
10) Bersikap demokratis (toleran, tidak
rasialis, dan terbuka)
11) Kreatif (fleksibel, spontan, terbuka dan
tidak takut salah).
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu
manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik,
dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran lingkungan,
khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan
identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa
untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa
untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai
4) Membantu siswa
agar memahami bahwa hidup ini berharga
5) Mendorng siswa
agar mencapai pengalaman puncak dalam kehidupannya
6) Memfasilitasi
siswa agar dapat memuaskan kebutuhan dasarnya (rasa aman, rasa berharga, dan
rasa diakui).
G. PENDAPAT ERICH FROMM
(1900-1980),
lahir di Frankfurt, Jerman pada tanggal 23 Maret 1900. Ia belajar psikologi dan
sosiologi di Universitas Heidelberg, Frankfurt dan Munich. Setelah mendapatkan
gelar Ph.D dari Universitas tersebut pada tahun 1922, Fromm lalu belajar
psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin.
Tahun
1933, ia pindah ke Amerika Serikat dan mengajar di Institut Psikoanalisis
Chicago serta melakukan praktik sendiri di kota New York. Fromm pernah mengajar
pada sejumlah universitas dan institut di Amerika Serikat hingga Meksiko.
Terakhir, Fromm menetap dan meninggal di Swiss, tepatnya di Muralto, pada
tanggal 18 Maret 1980.
Fromm
sangat terpengaruh oleh karya Karl Marx, terutama oleh tulisan Marx yang
pertama, The Economic Philosophical Manuscripts. Tema dasar ulasan Fromm adalah
orang yang merasa kesepian dan terisolasi karena dirinya dipisahkan alam dan
orang-orang lain. Kedaan isolasi ini tidak ditemukan dalam semua spesies
binatang, itu adalah situasi khas manusia. Berikut ini kita akan mengulas lebih
dalam mengenai teori-teori Fromm yang terkenal sebagai seorang Humanitarian
Marxism ini.
A. Dasar Teori Fromm
1. Struktur Kepribadian Menurut Erich Fromm
Dalam
formulasi proses perkembangan individu, fromm memusatkan pada kondisi social
dan cultural unik yang mempengaruhi proses perkembangan karakter dan pemuasan kebutuhan
dasar serta eksistensi manusia.ini berbeda dari freud yang menekankan factor
biologi. Fromm tertarik pada aspek cultural.fromm menyebut kepribadian yang
sehat adalah yang berorientasi produktif dan yang tidak sehat adalah yang
berorientasi non produktif.
- Orientasi
Produktif
Tipe
karakter yang mengutamakan kehidupan (Biophilous Character Type). Dalam
pandanga fromm, orang tipe ini mencintai kehidupan dan ingin membentuk atau
mempengaruhi orang lain dengan cinta,dengan akal dan contoh.Fromm percaya bahwa
tipe ini hanya dapat menggunakan kekuatan atau kekuasaan jika mereka
bebas dan independen dari control orang lain.tipe ini mampu menciptakan cinta
yang dewasa. Berikut ini adalah aspek-aspek kepribadian yang sehat dengan
orientasi produktif menurut fromm.
Cinta yang produktif,merupakan suatu hubungan manusia yang bebas dan sederajat dimana patner-patner dapat mempertahankan individualitas mereka. Diri tidak berkurang dalam cinta produktif, melainkan diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Suatu perasaan relasional tercapai tetapi identitas dan kemerdekaan seseorang terpelihara.cinta yang produktif menyangkut empat sifat yaitu: perhatian,tanggung jawab, respek dan pengetahuan. Mencintai berarti bersungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan mereka, serta membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka. Cinta yang produktif merupakan suatu kegiatan bukan suatu nafsu.cinta produktif ini tidak terbatas pada cinta erotis, tetapi mungkin cinta persaudaraan atau cinta keibuan.
Pikiran yang produktif, meliputi kecerdasan, pertimbangan dan objektifitas. Pemikir yang produktif didorong oleh perhatian yang kuat terhadap objek pikiran. Pikiran yang produktif berfokus pada seluruh gejala dengan mempelajarinya, bukan pada kepingan-kepingan dan potongan-potongan gejala yang terpisah. Menurut fromm semua penemuan dan wawasan yang hebat melibatkan pikiran objektif dimana para pemikir didorong oleh ketelitian, respek dan perhatian untuk menilai secara objektif seluruh permasalahan yang ada.
Kebahagiaan,merupakan suatu bagian integral dan hasil kehidupan yang berkenaan dengan orientasi produktif.kebahagiaan bukan semata-mata suatu perasaan atau keadaan yang menyenangkan, melainkan juga suatu kondisi yang meningkatkat seluruh organism menghasilkan perubahan gaya hidup, kesehatan fisik, dan pemenuhan potensi seseorang.
Suara Hati, merupakan sendi yang penting dalam menggerakkan manusia menurut orientasi produktif. Fromm membedakan suara hati dalam dua tipe, yaitu suara hati otoriter dan suara hati humanistis.
- Orientasi
non-Produktif
Fromm
meembagi orientasi non produktif ke dalam lima tipe karakter manusia, yaitu:
Tipe Karakter Menerima(Receptive Character Type).dalam pandangan fromm,tipe karakter menerima adalah orang yang percaya sumber segala kepuasan terletak diluar diri mereka sendiri.Kebayakan karakter demikian periang dan bersahabat. Ketika menghadap situasi sulit, mereka menjadi putus asa dan bergantung pada orang lain dan tidak pada sumber intelektual mereka sendiri untuk memecahkan masalahnya.
Tipe Karakter Eksploitatif(Exploitative Character type).Orang yang bertipe eksploitatif adalah mereka yang percaya bahwa semua kepuasan terletak pada diri mereka sendiri.mereka tidak menunggu secara pasif, melainkan aktif dalam meraih apa yang mereka inginkan dari orang lain dengan memaksa auat kelicikan. Fromm percaya bahwa individu dengan tipe eksploitatif melakukan relasi yang tidak produktif terhadap sesame. Akibatnya, mereka mengeksploitasi orang lain untuk mencapai tujuannya.
Tipe karakter Penimbun(Hoarding Character Type). Tipe karakter ini memiliki kepercayaan kecil akan kebaikan di dunia luar. Sebagai konsekuensinya, mereka berhubungan dengan dunia luar dengan cara yang negative, umumnya dengan menarik diri (withdrawal) dari orang lain.
Tipe Karakter Nekrophilia (Necrophilious Character Type). Necrophilia merupakan satu karakter turunan dari karakter anal yang berbahaya, kalau Hoarding character memperlihatkan perilaku dekstruktif yang pasif dan dalam bentuk menarik diri, necrophilia memperlihatkan perilaku dekstruktif dengan mengeksploitasi dan merusak orang lain atau benda- benda, serta alam lingkungan. Mereka adalah tipe orang yang tertarik dan berpenampilan pada segala bentuk kematian. Mereka senang berbicara soal penyiksaan, kematian dan penguburan. Lebih jauh mereka sangat terikat dengan kekuatan dan kekuasaan.
Tipe Karakter Pasar (Marketing Character Type). Fromm mengatakan bahwa orientasi ini hanya berkembang pada masyarakat industry. Dalam masyarakat demikian, orang belajar untuk memperlakukan diri mereka sendiri dan orang lain seperti komoditi dengan satu nilai tukar tertentu dalam satu interaksi parallel dalam ekonomi ilus
2. Dinamika Kepribadian Menurut Erich Fromm
Manusia
tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian. Agar dapat
bertahan hidup manusia harus menyatu dengan yang lain. Keinginan akan perpaduan
antarpribadi adalah perjuangan yang paling kuat dalam diri manusia. Ini
merupakan kekuatan yang membuat bangsa manusia tetap tinggal bersama sebagai
kelompok, family dan masyarakat. Sumbangan Fromm dalam menggali kebutuhan
naluriah yang mendasar dalam perspektif psikoanalisis adalah sebagai berikut :
- Kebutuhan
Relasional (Need For Relatedness).
Manusia
yang menyadari hilangnya ikatan utama dengan alam dan ikatan satu sama lain
menjadikan manusia menemukan keserasian baru yang lebih manusiawi sebagai ganti
pramanusiawi yang sudah hilang dan tidak bisa diperoleh kembali. Sebagai
akibatnya, manusia harus mencari ikatan-ikatan baru dengan orang lain dan
menemukan suatu perasaan hubungan dengan mereka untuk menggantikan
ikatan-ikatan yang hilang dengan alam. Menurut Fromm, pemuasan kebutuhan untuk
berhubungan dengan orang lain sangat penting untuk kesehatan psikologis.
- Kebutuhan
akan Identitas (Need for Identity).
Manusia
sebagai individu yang unik membutuhkan perasaan identitas. Masing –masing
individu memiliki tingkat kesadaran diri dan pengetahuan tentang kemampuannya.
Cara yang sehat untuk memuaskan kebutuhan identitas yaitu dengan
individualitas, suatu proses di mana seseorang mencapai perasaan tertentu
tentang identitas diri. Orang yang perasaan individualitasnya berkembang dengan
baik akan dapat mengontrol kehidupannya sendiri.
- Kebutuhan
akan Transendensi (Need for Trancendence).
Kebutuhan
transendensi merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk mengatasi peranan
pasif sebagai ciptaan. Cara sehat untuk mengatasi keadaan binatang yang pasif
salah satunya ialah mencipta. Jadi, manusia bertindak aktif dan kreatif untuk
menguasasai alam.
- Kebutuhan
Berakar (Need for Rootedness).
Menurut
Fromm, akar-akar baru harus dibangun untuk menggantikan ikatan-ikatan
sebelumnya dengan alam. Kebutuhan tersebut dapat dicapai secara positif atau
negatif. Cara yang yang positif adalah dengan membangun perasaaan persaudaraan
dengan sesama umat manusia, yaitu dalam masyarakat.
- Kebutuhan
akan Kerangka Orientasi (frame of Orientation and Devotion).
Pencarian
perasaan diri yang unik adalah suatu pencarian atau konteks di mana seseorang
menginterpretasikan semua gejala dunia. Dasar ideal krangka orientasi adalah
pikiran, yaitu sarana yang digunakan seseorang untuk mengembangkan gambaran
realistis dan objektif tentang dunia.
B. Kepribadian Sehat dan Ciri –
cirinya menurut Fromm
menurut Fromm, pribadi yang sehat
adalah pribadi yang mampu hidup dalam masyarakat sosial yang ditandai dengan
hubungan-hubungan yang manusiawi, diwarnai oleh solidaritas penuh cinta dan
tidak saling merusak atau menyingkirkan satu dengan lainnya. Tujuan hidup
seorang pribadi adalah keberadaan dirinya itu sendiri dan bukan pada apa yang
dimiliki, pada apa kegunaannya atau fungsinya (A man whose goal in life is
being, not having and using). Dengan demikian, menurut Fromm, orang yang
berkepribadian sehat memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- mampu
mengembangkan hidupnya sebagai makhluk sosial di dalam masyarakat,
- mampu
mencintai dan dicintai,
- mampu
mempercayai dan dipercayai tanpa memanipulasi kepercayaan itu,
- mampu
hidup bersolidaritas dengan orang lain tanpa syarat,
- mampu
menjaga jarak antar dirinya dengan masyarakat tanpa merusaknya
- memiliki
watak sosial yang produktif.
REFERENSI
Comments
Post a Comment