PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat
secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang
artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh,
sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek
kejiwaan” seseorang.
Pengertian
psikoterapi menurut beberapa tokoh:
- Watson & Morse (1977) Bentuk
khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana
pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis
menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu
pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan
mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya,
- Corsini (1989) Psikoterapi adalah
proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya
terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau
lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak
menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena
ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut:
fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif
(penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi
perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori
tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah
bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori
dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
- Ivey & Simek-Downing (1980)
Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya
merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur
kepribadian.
Menurut
pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi
adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan
metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis
dan pasien.
TUJUAN
PSIKOTERAPI
Berikut
ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa
metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni
Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
- Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang
tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya
dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun
sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
- Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak
sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan
kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
- Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987):
untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan
sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau
yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi
pertumbuhannya yang unik.
- Tujuan psikoterapi pada pendekatan
terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana
aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa
mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami
aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
- Tujuan psikoterapi dengan
pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan
kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang
lebih bisa menyesuaikan.
- Sehubung dengan terapi
behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada
terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang
menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan
toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
- Corey (1991) merumuskan mengenai
kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan:
menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri
sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional
dan toleran.
- Tujuan psikoterapi dengan metode
dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang
menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah
kehidupan seseorang.
- Corey (1991) merumuskan tujuan
terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat
dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan
yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya
terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat
disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
- Perawatan akut (intervensi krisis
dan stabilisasi)
- Rehabilitasi (memperbaiki gangguan
perilaku berat)
- Pemeliharaan (pencegahan keadaan
memburuk dijangka panjang)
- Restrukturisasi (meningkatkan
perubahan yang terus menerus kepada pasien).
UNSUR-UNSUR
PSIKOTERAPI
Masserman
(Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
- Peran sosial (martabat)
psikoterapis,
- Hubungan (persekutuan terapeutik),
- Hak,
- Retrospeksi,
- Re-edukasi,
- Rehabilitasi,
- Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur
– unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan
dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan
berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
PERBEDAAN
ANTARA KONSELING DAN PSIKOTERAPI
A. Pengertian
Konseling
1. Menurut
Schertzer dan Stone (1980)
Konseling
adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi
antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya,
mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2. Menurut
Jones (1951)
Konseling
adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa
difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan.
Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien.
Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk
memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
3. Prayitno
dan Erman Amti (2004:105)
Konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu
masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien.
4. Menurut
A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)
Konseling
merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat
interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana,
atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.
5. Menurut
APGA (American Personel Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25)
Konseling
adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi
kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan
keputusan.
Menurut
Galdding, konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relative
singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan
oleh orang yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan
yang ada yang berpusat pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada
dasarnya mengalami gangguan psikologis agar orang-orang yang menyimpang dan
mengalami masalah situsional dapat kembali normal.
B. Psikoterapi
Psikoterapi
adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan
dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu
"Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan
"Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh
karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi
mental, atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah
proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar
lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam
kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan
melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru
atau akan mengalami perceraian (hariyanto, 2010).
C. Perbedaan
Antara Konseling Dengan Psikoterapi
Apabila
kita tinjau dari definisi kedua permbahasan tersebut konseling Menurut
Schertzer dan Stone (1980) Konseling adalah upaya membantu individu melalui
proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli
mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan
tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan
efektif perilakunya.
Sedangkan
psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001),
mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen
terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom
untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan pribadi yang positif.
Dari
dua definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan mengenai dua pembahasan
tersebut bahwa konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan
konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan serta komunikasi non verbal yang
tersirat ketika proses konseli berlangsung dan semacam memberikan solusi agar konseli
dapat lebih memahami lingkungan serta mampu membuat keputusan yang tepat dan
juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan berdasarkan nilai yang
diyakininya.
Sedangkan
psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap masalah sifatnya emosional dan
juga lebih dapat diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan juga
lebih berusaha untuk menghilangkan simptom-simptom yang di anggap mengganggu
dan lebih mengusahakan agar klien dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian ke arah yang positif.
Perbedaan
konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh Pallone (1977) dan Patterson
(1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:
KONSELING
|
PSIKOTERAPI
|
1. Klien
|
1. Pasien
|
2. Gangguan yang kurang serius
|
2. Gangguan yang serius
|
3. Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
|
3. Masalah kepribadian dan pengambilan
keputusan
|
4. Berhubungan dengan pencegahan
|
4. Berhubungan dengan penyembuhan
|
5. Lingkungan pendidikan dan non medis
|
5. Lingkungan medis
|
6. Berhubungan dengan kesadaran
|
6. Berhubungan dengan ketidaksadaran
|
7. Metode pendidikan
|
7. Metode penyembuhan
|
Pendekatan Terhadap Mental Illness
1. Pengertian Mental Illness
Mental Illness sendiri punya pengertian adalah bentuk gangguan dan
kekacauan fungsi mental (kesehatan mental) yang terjadi seorang individu.
disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme-adaptasi dari fungsi-fungsi
kejiwaan atau mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan,
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu
bagian, satu organ, atausatusistem kejiwaan.
Mental illness mempunyai pertanda awal antara lain : perasaan cemas, ketakutan, apatis, cemburu. iri, marah-marah secara eksplosif, antisosial, ketegangan kronis dan lainnya. singkatnya, kekacauan mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan harmoni dari strukturkepribadian.
Mental illness mempunyai pertanda awal antara lain : perasaan cemas, ketakutan, apatis, cemburu. iri, marah-marah secara eksplosif, antisosial, ketegangan kronis dan lainnya. singkatnya, kekacauan mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan harmoni dari strukturkepribadian.
2. Pendekatannya
Menurut J.P. Chaplin ada beberapa pendekatan psikoterapi
terhadap mental illness, diantaranya:
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b) Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidak mampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c) Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d) Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
a) Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b) Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidak mampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c) Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d) Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Bentuk-bentuk utama terapi
1. Psikoterapi
Suportif
Tujuan :
• Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
• Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
• Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan
Ventilasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang
• Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
• Topik pembicaraan : permasalahan yang menjadi stres yang utama
Persuasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
• Sikap terapis :
o terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai dengan hati nurani
o Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang
• Topik pembicaraan : ide dan kebiasaaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala
Reassurance
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya
• Sikap terapis : meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien
• Topik pembicaraan : pengalaman pasien yang berhasil nyata
Sugestif
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
• Sikap terapis : meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien pasti hilang
• Topik pembicaraan : gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis
Bimbingan
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Sikap terapis : menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Topik pembicaraan : cara hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, dan cara bekerja serta belajar yang baik
Penyuluhan
• Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi suportif yang membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri
• Sikap terapis : menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
• Topik pembicaraan : masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan pribadi
• Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
• Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
• Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan
Ventilasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang
• Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
• Topik pembicaraan : permasalahan yang menjadi stres yang utama
Persuasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
• Sikap terapis :
o terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai dengan hati nurani
o Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang
• Topik pembicaraan : ide dan kebiasaaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala
Reassurance
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya
• Sikap terapis : meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien
• Topik pembicaraan : pengalaman pasien yang berhasil nyata
Sugestif
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
• Sikap terapis : meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien pasti hilang
• Topik pembicaraan : gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis
Bimbingan
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Sikap terapis : menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Topik pembicaraan : cara hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, dan cara bekerja serta belajar yang baik
Penyuluhan
• Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi suportif yang membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri
• Sikap terapis : menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
• Topik pembicaraan : masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan pribadi
2) Psikoterapi Re-edukatif
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan faktor psiko-edukatif masa lalu di kala yang bersangkutan dalam periode anak-anak dan remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang dihadapinya.
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan faktor psiko-edukatif masa lalu di kala yang bersangkutan dalam periode anak-anak dan remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang dihadapinya.
3) Psikoterapi Rekonstruktif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali/rekonstruksi kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh klien yang bersangkutan.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali/rekonstruksi kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh klien yang bersangkutan.
4) Psikoterapi Kognitif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif klien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain daripada itu yang bersangkutan mampu membedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang haram dan halal.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif klien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain daripada itu yang bersangkutan mampu membedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang haram dan halal.
5) Psikoterapi Psikodinamik
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak mampu mengatasi stresor psikososial sehingga ia jatuh sakit (stres, cemas, dan atau depresi). Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mampu mencari jalan keluarnya.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak mampu mengatasi stresor psikososial sehingga ia jatuh sakit (stres, cemas, dan atau depresi). Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mampu mencari jalan keluarnya.
6) Psikoterapi Perilaku
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang dideritanya. Dari terapi ini diharapkan klien yang bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, kampus, tempar kerja, dan lingkungan sosialnya yang lain.
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang dideritanya. Dari terapi ini diharapkan klien yang bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, kampus, tempar kerja, dan lingkungan sosialnya yang lain.
7)Psikoterapi Keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kekecewaan, atau depresi yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan klien yang bersangkutan. Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya ditujukan kepada klien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota keluarga lainnya.
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kekecewaan, atau depresi yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan klien yang bersangkutan. Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya ditujukan kepada klien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota keluarga lainnya.
8)Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah sejenis psikoterapi yang mencari sebab musabab seseorang jatuh sakit. Berbeda dengan psikoterapi konvensional maka psikoanalisa menganalisa sampai jauh akar permasalahan. Di Amerika misalnya, psikoanalisa dilakukan sambil klien tiduran/berbaring di sofa sementara konselornya duduk di kursi sebelahnya. Psikoanalisa ini dilakukan berjam-jam, berulang kali sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Psikoanalisa adalah sejenis psikoterapi yang mencari sebab musabab seseorang jatuh sakit. Berbeda dengan psikoterapi konvensional maka psikoanalisa menganalisa sampai jauh akar permasalahan. Di Amerika misalnya, psikoanalisa dilakukan sambil klien tiduran/berbaring di sofa sementara konselornya duduk di kursi sebelahnya. Psikoanalisa ini dilakukan berjam-jam, berulang kali sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Psikoanalisa sangat memakan waktu dan
memerlukan tahapan/session yang lama. Contoh:
Apabila kita mendapati ranting dari sebuah pohon besar yang “sakit”, lalu kita
menelusuri “sakitnya” itu mulai dari ranting itu sendiri, terus ke cabang dari
yang kecil sampai yang besar, terus ke dahan, sampai ke batang pohon itu, terus
ke bawah sampai ke akarnya.
Dalam kenyataannya pada waktu mengungkap akar
pohon mana yang menyebabkan “sakitnya” ranting tadi, ternyata menjalar ke akar
lain, akhirnya seluruh akar pohon itu “sakit” dan pohon itu menjadi
tumbang/roboh. Inilah salah satu dampak psikoanalisa, bukannya pohon itu
semakin kokoh bahkan sebaliknya menjadi roboh. Artinya, klien tidak menjadi
semakin sehat, tidak mampu mandiri, dan ketergantungan kepada konselor.
Oleh karena itu dewasa ini psikoanalisa tidak
lagi popular di Amerika. Selain waktu yang diperlukan untuk psikoanalisa
terlalu lama, hasilnyapun sukar diukur. Semula pemerintah Amerika membiayai
semua terapi/pengobatan rakyatnya termasuk psikoanalisa. Tetapi, kemudian
pemerintah Amerika membatasi psikoanalisa hanya sampai tiga session saja, dan apabila klien hendak melanjutkan
harus dengan biaya sendiri. Dalam hal ini terjadi komplikasi love affair antara konselor/psikoanalis dengan
kliennya.
2.
Terapi Psikoanalisis
(Sigmund Freud)
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan
kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi.
Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang
mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena tertahannya
ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang
ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada
masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan
oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan
naluri psikoseksual tertentu pada masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis ;
- Struktur kepribadian
- Id (tidak memiliki kontak yang nyata dengan dunia
nyata, id berfungsi untuk memperoleh kepuasan sehingga disebut sebagai
prinsip kesenangan)
- Ego (disebut juga sebagai prinsip kenyataan. Ego
berhubungan langsung dengan duni nyata, ego juga memiliki peran untuk
mengambil keputusan dalam kepribadian. Ego menjadi penengah/penyeimbang
antara id dan superego)
- super ego (disebut sebagai prinsip ideal. Kepribadian
yang terlalu didominasi oleh super ego akan merasa selalu bersalah, rasa
inferiornya yang besar)
- Kesadaran & Ketidaksadaran
- Konsep ketidaksadaran
- mimpi yang merupakan pantulan
dari kebutuhan, kenginan dan konflik yang terjadi dalam diri
- salah ucap / lupa
- sugesti pasca hipnotik
- materi yang berasal dari
teknik asosiasi bebas
- materi yang berasal dari
teknik proyektif
- Kecemasan
- Adalah suatu keadaan tegang atau takut yang mendalam
akan peristiwa yang akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan juga timbul
akibat konflik dari id, ego, dan superego. Kecemasan terdiri dari 3 jenis
yaitu kecemasan neurosis yaitu cemas akibat bahaya yang belum diketahui,
kecemasan moral yaitu cemas akibat konflik antara kebutuhan
nyata/realistis dan perintah superego, dan yang ketiga adalah kecemasan
realistis yaitu kecemasan yang terkait dengan rasa takut misalnya
kecemasan akan bahaya.
Tujuan terapi :
- Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari
munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi
karakteristik gangguan ini.
- Membentuk kembali struktur karakter individu dengan
membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
- Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa
anak-anak.
Peran terapis :
- Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri,
kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani
kecemasan secara realistis.
- Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak
mendengar & menafsirkan
- Terapis memberikan perhatian khusus pada
penolakan-penolakan pasien
- Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita
pasien
Teknik – teknik dalam terapi psikoanalisa :
- Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan
dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala
hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah
sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang
menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri
saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien
diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang.
Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien
dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat
oleh terapis.
- Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa
asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini
digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri
atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari
klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi
bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
- Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap
bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area
masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan
keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di
alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk
mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
- Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk
mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada
pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut.
Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah
tingkah lakunya.
- Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis
karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini
diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang
merupakan pengaruh dari masa lalunya.
3. Terapi Humanistik/Eksistensial
Dasar terapi
Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian
pada kecendrungan alami dalam pertumbuhan dan pewujudan dirinya. Dalam terapi
ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan
untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya
memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi
Humanistik ini adalah Terapi yang berpusat kepada klien Client-Centered Theraphy.
Tujuan Konseling Teori
Konseling Eksistensial
- Menyajikan kondisi-kondisi
untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
- Menghapus penghambat-penghambat
aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan
kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
- Membantu klien agar bebas dan
bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.
Pengertian Terapi Eksistensial
Humanistic Menurut Beberapa Tokoh
Menurut kartini kartono dalam kamus
psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu
psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas,
serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial
Humanistik adalah Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah
hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling
Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam
semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar
dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia,
keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan
untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.
Pengantar Teori Konseling
Eksistensial-Humanistik
Teori konseling eksistensial-humanistik
menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para
ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang
pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam.
Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari
kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan
terapeutiknya eksistensialhumanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang
melandasiterapi. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu
landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas,
kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui
implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaanpertanyaan
dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan eksistensial-humanistik
mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang
manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada
dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan
memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada
fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang
konsisten.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan
kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap
kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia
bertanggung jawab atas dirinya. Terapi eksistensial tidak terikat pada salah
seorang pelopor, akan tetapi eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi
yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan
Medard Boss. Eksistensialisme bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul
untuk merespon dehumanisasi yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan
industri dan urbanisasi masyarakat. Pada waktu itu banyak orang membutuhkan
kekuatan untuk mengembalikan sense of humannes disamping untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang
berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian.
4 Konsep-konsep Utama
Terapi Eksistensial Humanistik
Pandangan tentang
Manusia Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia.
Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas
manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi
klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki
potensipotensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya.
Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah
kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang
terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis
dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika. 4
Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota
2008(Surabaya:Unesa,2008),hal.16 Terapi eksistensial
humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan
ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia
alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi,
bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup
terapiterapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan
asumsiasumsi tentang manusia. Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan
pribadi kepada fokus sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya
yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses
pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi
potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada
fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang
konsisten. Menurut teori dari Albert Ellis yang
berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia menyatakan bahwa manusia bukanlah
makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh
naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai unik dan memiliki kekuatan
untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk merubah pandangan-pandangan
dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak
diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan untuk mengkonfrontasikan
sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi diri dengan
keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda, sehingga
akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka
bertingkah laku dimasa lalu. Jadi karena berfikir dan bertindak sampai 5 Gerald
Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,….hal 84 menjadikan dirinya
bertambah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.6
Berdasar pendapat Ellis diatas, maka dapat diambil pengertian, bahwa setiap
individu mempunyai kemampuan untuk merubah dirinya dari hal-hal yang
diterimanya. Manusia mempunyai kesanggupan untuk mempertahankan perasaannya
sendiri dan dapat memberikan ajaran kembali kepada dirinya melalui keyakinan,
pendapat, dan hal-hal yang penting lainnya. Disini pendekatan eksistensial
humanistik adalah mengembalikan potensipotensi diri manusia kepada fitrahnya.
Pengembangan potensi ini pada dasarnya untuk mengaktualisasikan diri klien dan
memberikan kebebasan klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan menanamkan
pengertian bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah hasil pengondisian atau terciptanya
bukan karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan potensi yang perlu
dikembangkan.
Teknik-teknik Konseling
Eksistensial
Yang paling dipedulikan oleh konselor
eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya
untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada
situasi hidup klien pada saat itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa
sembuh dari situasi masa lalu (May &Yalom, 1989). Biasaya terpis
eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi
bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap
yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi, mereka
menggunakan teknik seperti desentisasi
(pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling),
asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan
pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang
dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain,
beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu
semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi Sepanjang proses
terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan
yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami
klien.
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling
eksistensial-humanistik, yaitu:
- Penerimaan
- Rasa hormat
- Memahami
- Menentramkan
- Memberi dorongan
- Pertanyaan terbatas
- Memantulkan pernyataan dan perasaan
klien
- Menunjukan sikap yang
mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
- Bersikap mengijinkan untuk apa
saja yang bermakna
4.
Person-Centered Therapy
(Carl Rogers)
Carl Rogers paling dikenal sebagai pencetus
terapi yang berpusat pada pribadi (person-centered therapy) Tidak seperti Freud
yang pada dasarnya merupakan seorang pakar teori dan menjadikan terapis sebagai
kegiatan sekunder, Rogers merupakan terapis yang sempurna, namun tidak terlalu
menyukai teori. Rogers lebih tertarik untuk membantu orang lain daripada
mencari tahu mengapa mereka melakukan suatu perilaku. Ia akan lebih bertanya
mengenai "bagaimana saya dapat membantu orang ini untuk tumbuh dan berekembang?"
daripada memikirkan tentang pertanyaan "apa yang menyebabkan orang ini
berkembang seperti dengan cara seperti ini?".
Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian, Rogers membangun teorinya berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai terapis. Tidak seperti sebagian besar pakar teori lainnya, Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Mungkin lebih dari para pakar teori terapis lainnya, Rogers menunjukkan keseimbangan antara pemikiran yang tidak kaku dan studi yang rasional yang dapat memperluas pengetahuan tentang bagaimana manusia merasa dan berpikir.
Selama tahun 1950-an yang merupakan titik tengah karirnya, Rogers diminta untuk menulis tentang apa yang kelak akan disebut dengan teori kepribadian "yang berpusat pada pribadi".
Pada tahun-tahun awal sekitar tahun 1940-an, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai nondirective, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan yang berpusat pada klien (client-centered), yang berpusat pada pribadi (person-centered), yang berpusat pada siswa (student-centered), yang berpusat pada kelompok (group-centered), dan person-to-person. Namun, yang digunakan adalah penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian, Rogers membangun teorinya berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai terapis. Tidak seperti sebagian besar pakar teori lainnya, Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Mungkin lebih dari para pakar teori terapis lainnya, Rogers menunjukkan keseimbangan antara pemikiran yang tidak kaku dan studi yang rasional yang dapat memperluas pengetahuan tentang bagaimana manusia merasa dan berpikir.
Selama tahun 1950-an yang merupakan titik tengah karirnya, Rogers diminta untuk menulis tentang apa yang kelak akan disebut dengan teori kepribadian "yang berpusat pada pribadi".
Pada tahun-tahun awal sekitar tahun 1940-an, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai nondirective, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan yang berpusat pada klien (client-centered), yang berpusat pada pribadi (person-centered), yang berpusat pada siswa (student-centered), yang berpusat pada kelompok (group-centered), dan person-to-person. Namun, yang digunakan adalah penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers.
Konsep Dasar Person-Centered Therapy
Pendekatan person-centered
therapy menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu
yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus
pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk
dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan. Konsep dasar dari
terapi ini adalah hal-hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self)
dan aktualisasi diri.
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai "aku" (I) atau "diriku" (me). Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Selanjutnya, mereka mulai untuk mengevaluasi pengalaman mereka sebagai pengalaman positif dan negatif, menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai kriteria.
Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Secara singkat, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran. Rogers mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal-self).
Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri Ideal
Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai "aku" (I) atau "diriku" (me). Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Selanjutnya, mereka mulai untuk mengevaluasi pengalaman mereka sebagai pengalaman positif dan negatif, menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai kriteria.
Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Secara singkat, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran. Rogers mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal-self).
Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.
Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.
Diri Ideal
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan
seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua
atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan
yang besar antara diri ideal dengan konsep diri mengindikasikan inkongruensi
dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara
psikologis akan mellihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa
yang mereka inginkan secara ideal.
Unsur-Unsur Person-Centered Therapy
1. Munculnya Gangguan
Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi
saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat, inkongruensi, sikap
defensif, dan disorganisasi.
Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada
kerentanan, kecemasan, dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan
penerimaan positif yang tidak bersyarat. Inkongruensi berkembang saat diri
orgasmik dan diri yang dirasakan tidak selaras. Saat diri organismik dan diri
yang dirasakan tidak kongruen, manusia cenedrung menjadi defensif serta
menggunakan distorsi dan penyangkalan sebagai usaha untuk mengurangi
inkongruensi. Manusia yang mengalami disorganisasi saat distorsi dan
penyangkalan tidak cukup untuk menahan inkongruensi. Orang-orang yang cenderung
tidak menyadari inkongruensi mereka, memungkinkan untuk merasa lebih cemas,
terancam, dan defensif.
2. Tujuan Terapi
Rogers (1980) memberikan penjelasan sesuai
dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa mereka dihargai
dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya
mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered
therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai
dan menerima diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak
bersyarat terhadap diri mereka.
3. Peran Terapis
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak
berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan
konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor
merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.
Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan
dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu
menumbuhkan hubungan konseling.
Selain peranan diatas, peranan utama konselor
adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada
pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan
konseling yang hangat. Dalam suasana yang demikian, konselor merupakan agen
pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor
sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut.
TEKNIK-TEKNIK PERSON-CENTERED THERAPY
Secara garis besar, teknik-teknik dalam person-centered
therapy adalah:
1. Konselor menciptakan suasana komunikasi
antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi
2. Konselor menjadi seorang pendengar yang
sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami
3. Konselor memungkinkan klien untuk
mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri,
dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.
DAFTAR
PUSTAKA
Comments
Post a Comment