Skip to main content

tugas softkill 1



  PENGERTIAN PSIKOTERAPI
Dilihat secara etimologis psikoterapi mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas yaitu “mind” atau sederhananya: jiwa dan “therapy” mengasuh, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan” seseorang.
Pengertian psikoterapi menurut beberapa tokoh:
  1. Watson & Morse (1977) Bentuk khusus dari interaksi antara dua orang, pasien dan terapis, pada mana pasien memulai interaksi karena ia mencari bantuan psikologik dan terapis menyusun interaksi dengan mempergunakan dasar psikologik untuk membantu pasien meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dalam kehidupannya dengan mengubah pikiran, perasaan dan tindakannya,
  2. Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu oran, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yyang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu dari bidang-bidang berikut: fungsi kognitif (kelainan pada fungsi berfikir), fungsi afektif (penderitaan atau kehidupan emosi yang tidak menyenangkan) atau fungsi perilaku (ketidaktepatan perilaku); dengan terapis yang memiliki teori tentang asal-usul kepribadian, perkembangan, mempertahankan dan mengubah bersama-sama dengan beberapa metode perawatan yang mempunyai dasar teori dan profesinya diakui resmi untuk bertindak sebagai terapis.
  3. Ivey & Simek-Downing (1980) Psikoterapi adalah proses jangka panjang, berhubungan dengan upaya merekonstruksi seseorang dan perubahan yang lebih besar pada struktur kepribadian.
Menurut pendapat beberapa para ahli diatas, dapat disimpulkan pengertian psikoterapi adalah proses perawatan atau penyembuhan penyakit kejiwaan melalui teknik dan metode psikologi, dimana adanya interaksi antara dua orang yang disebut terapis dan pasien.

TUJUAN PSIKOTERAPI
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari psikoterapi secara khusus dari beberapa metode dan teknik psikoterapi yang banyak peminatnya, dari dua oran tokoh yakni Ivey, et al (1987) dan Corey (1991):
  1. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikodinamik, menurut Ivey, et al (1987): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  2. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan psikoanalisi, menurut Corey (1991): membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  3. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.
  4. Tujuan psikoterapi pada pendekatan terpusat pada pribadi, menurut Corey (1991): untuk memberikan suasana aman, bebas, agar klien mengeksplorasi diri dengan enak, sehingga ia bisa mengenai hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan bisa mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya ditolak atau terhambat.
  5. Tujuan psikoterapi dengan pendekatan behavioristik, menurut Ivey, et al (1987): untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
  6. Sehubung dengan terapi behavioristik ini, Ivey, et al (1987) menjelaskan mengenai tujuan pada terapi kognitif-behavioristik, yakni: menghilangkan cara berfikir yang menyalahkan diri sendiri, mengembangkan cara memandang lebih rasional dan toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
  7. Corey (1991) merumuskan mengenai kognitif-behavioristik dan sekaligus rasional-emotif terapi dengan: menghilangkan cara memandang dalam kehidupan pasien yang menyalahkan diri sendiri dan membantunya memperoleh pandangan dalam hidup secara rasional dan toleran.
  8. Tujuan psikoterapi dengan metode dan teknik Gestalt, dirumuskan oleh Ivey, et al (1987): agar seseorang menyadari mengenai kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
  9. Corey (1991) merumuskan tujuan terapi Gestalt: membantu klien memperoleh pemahaman mengenai saat-saat dari pengalamannya. Untuk merangsang menerima tanggung jawab dari dorongan yang ada di dunia dalamnya yang bertentangan dengan ketergantungannya terhadap dorongan-dorongan dari dunia luar.
Dapat disimpulkan bahwa beberapa tujuan psikoterapi antara lain :
  1. Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
  2. Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat)
  3. Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk dijangka panjang)
  4. Restrukturisasi (meningkatkan perubahan yang terus menerus kepada pasien).
UNSUR-UNSUR PSIKOTERAPI
Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
  1. Peran sosial (martabat) psikoterapis,
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik),
  3. Hak,
  4. Retrospeksi,
  5. Re-edukasi,
  6. Rehabilitasi,
  7. Resosialisasi dan rekapitulasi.
Unsur – unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri-ciri ini dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuuhan pasien.
PERBEDAAN ANTARA KONSELING DAN PSIKOTERAPI
A.  Pengertian Konseling
1.    Menurut Schertzer dan Stone (1980)
Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
2.    Menurut Jones (1951)
Konseling adalah kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk diatasi sendiri oleh yang bersangkutan. Dimana ia diberi panduan pribadi dan langsung dalam pemecahan untuk lkien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri tanpa bantuan.
3.    Prayitno dan Erman Amti (2004:105)
Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.
      


4.    Menurut A.C. English dalam Shertzer & Stone (1974)
Konseling merupakan proses dalam mana konselor membantu konseli (klien) membuat interprestasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian-penyesuaian yang perlu dibuatnya.   
5.    Menurut APGA (American Personel Guidance Association) dalam Prayitno (1987 : 25)
Konseling adalah hubungan antara seorang individu yang memerlukan bantuan untuk mengatasi kecemasannya yang masih bersifat normal atau konflik atau masalah pengambilan keputusan.
Menurut Galdding, konseling berlangsung dalam jangka waktu yang relative singkat,bersifat antar pribadi, sesuai dengan teori-teori yang ada, dilakukan oleh orang yang ahli di bidangnya serta sesuai dengan etika dan aturan-aturan yang ada yang berpusat pada pemberian bantuan kepada orang-orang yang pada dasarnya mengalami gangguan psikologis agar orang-orang yang menyimpang dan mengalami masalah situsional dapat kembali normal.
B.  Psikoterapi
Psikoterapi adalah usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan perilaku. Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata, yaitu "Psyche" yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan "Therapy" yang artinya penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Oleh karena itu, psikoterapi disebut juga dengan istilah terapi kejiwaan, terapi mental, atau terapi pikiran.
Psikoterapi adalah proses difokuskan untuk membantu Anda menyembuhkan dan konstruktif belajar lebih banyak bagaimana cara untuk menangani masalah atau isu-isu dalam kehidupan Anda. Hal ini juga dapat menjadi proses yang mendukung ketika akan melalui periode yang sulit atau stres meningkat, seperti memulai karier baru atau akan mengalami perceraian (hariyanto, 2010).



C.  Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi
            Apabila kita tinjau dari definisi kedua permbahasan tersebut konseling Menurut Schertzer dan Stone (1980) Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Sedangkan psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Dari dua definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan mengenai dua pembahasan tersebut bahwa konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseli berlangsung dan semacam memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan serta mampu membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.
Sedangkan psikoterapi lebih terfokus pada treatment terhadap masalah sifatnya emosional dan juga lebih dapat diandalkan pada klien yang mengalami penyimpangan dan juga lebih berusaha untuk menghilangkan simptom-simptom yang di anggap mengganggu dan lebih mengusahakan agar klien dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kepribadian ke arah yang positif.
Perbedaan konseling dan psikoterapi didefinisikan oleh Pallone (1977) dan Patterson (1973) yang dikutip oleh Thompson dan Rudolph (1983), sebagai berikut:


KONSELING
PSIKOTERAPI
    1.    Klien
    1.    Pasien
    2.    Gangguan yang kurang serius
    2.    Gangguan yang serius
    3.    Masalah: Jabatan, Pendidikan, dsb
    3.  Masalah kepribadian dan pengambilan
          keputusan
    4.    Berhubungan dengan pencegahan
    4.    Berhubungan dengan penyembuhan
    5.  Lingkungan pendidikan dan non medis
    5.    Lingkungan medis
    6.    Berhubungan dengan kesadaran
    6.    Berhubungan dengan ketidaksadaran
    7.    Metode pendidikan
    7.    Metode penyembuhan

Pendekatan Terhadap Mental Illness
1. Pengertian Mental Illness
Mental Illness sendiri punya pengertian adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental (kesehatan mental) yang terjadi seorang individu. disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme-adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan atau mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan, sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur pada satu bagian, satu organ, atausatusistem kejiwaan.
Mental illness mempunyai pertanda awal antara lain : perasaan cemas, ketakutan, apatis, cemburu. iri, marah-marah secara eksplosif, antisosial, ketegangan kronis dan lainnya. singkatnya, kekacauan mental merupakan bentuk gangguan pada ketenangan batin dan harmoni dari  strukturkepribadian.


2. Pendekatannya
Menurut J.P. Chaplin  ada beberapa pendekatan psikoterapi terhadap mental illness, diantaranya:
a)      Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b)     Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidak mampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c)      Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d)     Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

Bentuk-bentuk utama terapi
1.      Psikoterapi Suportif
Tujuan :
• Menguatkan daya tahan mental yang telah dimilikinya
• Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan yang lebih baik untuk mempertahankan fungsi pengontrolan diri
• Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan

Ventilasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada pasien untuk mengemukakan isi hatinya dan sebagai hasilnya ia akan merasa lega serta keluhannya akan berkurang
• Sikap terapis : menjadi pendengar yang baik dan penuh pengertian
• Topik pembicaraan : permasalahan yang menjadi stres yang utama

Persuasi
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang dilakukan dengan menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang dihadapinya.
• Sikap terapis :
o terapis berusaha membangun, mengubah, dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskannya dari impuls yang mengganggu secara masuk akal dan sesuai dengan hati nurani
o Berusaha meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang
• Topik pembicaraan : ide dan kebiasaaan pasien yang mengarah pada terjadinya gejala

Reassurance
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha meyakinkan kembali kemampuan pasien bahwa ia sanggup mengatasi masalah yang dihadapinya
• Sikap terapis : meyakinkan secara tegas dengan menunjukkan hasil-hasil yang telah dicapai pasien
• Topik pembicaraan : pengalaman pasien yang berhasil nyata

Sugestif
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang berusaha menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya akan hilang
• Sikap terapis : meyakinkan dengan tegas bahwa gejala pasien pasti hilang
• Topik pembicaraan : gejala-gejala bukan karena kerusakan organik/fisik dan timbulnya gejala-gejala tersebut adalah tidak logis

Bimbingan
• Suatu bentuk psikoterapi suportif yang memberi nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Sikap terapis : menyampaikan nasihat dengan penuh wibawa dan pengertian
• Topik pembicaraan : cara hubungan antar manusia, cara berkomunikasi, dan cara bekerja serta belajar yang baik

Penyuluhan
• Penyuluhan atau konseling adalah psikoterapi suportif yang membantu pasien mengerti dirinya sendiri secara lebih baik agar ia dapat mengatasi permasalahannya dan dapat menyesuaikan diri
• Sikap terapis : menyampaikan secara halus dan penuh kearifan
• Topik pembicaraan : masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan, dan pribadi

2) Psikoterapi Re-edukatif
Dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi stres, kecemasan, dan depresinya itu dikarenakan faktor psiko-edukatif masa lalu di kala yang bersangkutan dalam periode anak-anak dan remaja. Dari terapi ini diharapkan yang bersangkutan mampu mengatasi stresor psikososial yang sedang dihadapinya.
3) Psikoterapi Rekonstruktif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali/rekonstruksi kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stresor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh klien yang bersangkutan.
4) Psikoterapi Kognitif
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif klien, yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan daya ingat. Selain daripada itu yang bersangkutan mampu membedakan nilai-nilai moral etika mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dan mana yang haram dan halal.
5) Psikoterapi Psikodinamik
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang itu tidak mampu mengatasi stresor psikososial sehingga ia jatuh sakit (stres, cemas, dan atau depresi). Dengan mengetahui dinamika psikologis itu diharapkan yang bersangkutan mampu mencari jalan keluarnya.
6) Psikoterapi Perilaku
Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang maladaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akibat stresor psikososial yang dideritanya. Dari terapi ini diharapkan klien yang bersangkutan dapat beradaptasi dengan kondisi yang baru sehingga bisa berfungsi kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, sekolah, kampus, tempar kerja, dan lingkungan sosialnya yang lain.
7)Psikoterapi Keluarga
Seseorang dapat jatuh dalam keadaan stres, kekecewaan, atau depresi yang disebabkan oleh stresor psikososial faktor keluarga. Dengan terapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung bagi pemulihan klien yang bersangkutan. Dengan demikian pada terapi ini tidak hanya ditujukan kepada klien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota keluarga lainnya.
8)Psikoanalisa
Psikoanalisa adalah sejenis psikoterapi yang mencari sebab musabab seseorang jatuh sakit. Berbeda dengan psikoterapi konvensional maka psikoanalisa menganalisa sampai jauh akar permasalahan. Di Amerika misalnya, psikoanalisa dilakukan sambil klien tiduran/berbaring di sofa sementara konselornya duduk di kursi sebelahnya. Psikoanalisa ini dilakukan berjam-jam, berulang kali sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Psikoanalisa sangat memakan waktu dan memerlukan tahapan/session yang lama. Contoh: Apabila kita mendapati ranting dari sebuah pohon besar yang “sakit”, lalu kita menelusuri “sakitnya” itu mulai dari ranting itu sendiri, terus ke cabang dari yang kecil sampai yang besar, terus ke dahan, sampai ke batang pohon itu, terus ke bawah sampai ke akarnya.
Dalam kenyataannya pada waktu mengungkap akar pohon mana yang menyebabkan “sakitnya” ranting tadi, ternyata menjalar ke akar lain, akhirnya seluruh akar pohon itu “sakit” dan pohon itu menjadi tumbang/roboh. Inilah salah satu dampak psikoanalisa, bukannya pohon itu semakin kokoh bahkan sebaliknya menjadi roboh. Artinya, klien tidak menjadi semakin sehat, tidak mampu mandiri, dan ketergantungan kepada konselor.
Oleh karena itu dewasa ini psikoanalisa tidak lagi popular di Amerika. Selain waktu yang diperlukan untuk psikoanalisa terlalu lama, hasilnyapun sukar diukur. Semula pemerintah Amerika membiayai semua terapi/pengobatan rakyatnya termasuk psikoanalisa. Tetapi, kemudian pemerintah Amerika membatasi psikoanalisa hanya sampai tiga session saja, dan apabila klien hendak melanjutkan harus dengan biaya sendiri. Dalam hal ini terjadi komplikasi love affair antara konselor/psikoanalis dengan kliennya.
                                               
2.     Terapi Psikoanalisis (Sigmund Freud)
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan irasional yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu pada masa lima tahun pertama dalam kehidupannya.
Konsep-konsep utama terapi psikoanalisis ;
  1. Struktur kepribadian
    • Id (tidak memiliki kontak yang nyata dengan dunia nyata, id berfungsi untuk memperoleh kepuasan sehingga disebut sebagai prinsip kesenangan)
    • Ego (disebut juga sebagai prinsip kenyataan. Ego berhubungan langsung dengan duni nyata, ego juga memiliki peran untuk mengambil keputusan dalam kepribadian. Ego menjadi penengah/penyeimbang antara id dan superego)
    • super ego (disebut sebagai prinsip ideal. Kepribadian yang terlalu didominasi oleh super ego akan merasa selalu bersalah, rasa inferiornya yang besar)
  2. Kesadaran & Ketidaksadaran
    • Konsep ketidaksadaran
      • mimpi yang merupakan pantulan dari kebutuhan, kenginan dan konflik yang terjadi dalam diri
      • salah ucap / lupa
      • sugesti pasca hipnotik
      • materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas
      • materi yang berasal dari teknik proyektif
  1. Kecemasan
    • Adalah suatu keadaan tegang atau takut yang mendalam akan peristiwa yang akan terjadi/belum terjadi. Kecemasan juga timbul akibat konflik dari id, ego, dan superego. Kecemasan terdiri dari 3 jenis yaitu kecemasan neurosis yaitu cemas akibat bahaya yang belum diketahui, kecemasan moral yaitu cemas akibat konflik antara kebutuhan nyata/realistis dan perintah superego, dan yang ketiga adalah kecemasan realistis yaitu kecemasan yang terkait dengan rasa takut misalnya kecemasan akan bahaya.
Tujuan terapi :
  • Mengungkapkan konflik-konflik yang dianggap mendasari munculnya ketakutan yang ekstrem dan reaksi menghindar yang menjadi karakteristik gangguan ini.
  • Membentuk kembali struktur karakter individu dengan membuat pasien sadar akan hal yang selama ini tidak disadarinya.
  • Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
Peran terapis :
  • Membantu pasien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis.
  • Membangun hubungan kerja dengan pasien, dengan banyak mendengar & menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan pasien
  • Mendengarkan kesenjangan & pertentangan pada cerita pasien
Teknik – teknik dalam terapi psikoanalisa :
  1. Asosiasi bebas :
Terapi asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman2 masa lalu & pelepasan emosi2 yg berkaitan dg situasi2 traumatik di masa lalu. Pasien secara bebas mengungkapkan segala hal yang ingin dikemukakan, termasuk apa yang selama ini ditekan di alam bawah sadar. Pasien mengungkapkan tanpa dihambat atau dikritik. Namun, ada hal yang menjadi salah satu hambatannya yaitu pasien melakukan mekanisme pertahanan diri saat mengungkapkan hal, sehingga tidak semua hal bisa terungkap. Maka, pasien diminta untuk berbaring di dipan khusus dan psikoanalisnya duduk di belakang. Pasien dan psikoanalis tidak berhadapan langsung, sehingga diharapkan pasien dapat mengungkapkan pikirannya tanpa merasa terganggu, tertahan, atau terhambat oleh terapis.
  1. Penafsiran
Adalah suatu prosedur dalam menganalisa asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transferensi. Dengan kata lain teknik ini digunakan untuk menganalisis teknik-teknik yang lainnya. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan hubungan terapeutik itu sendiri.
  1. Analisis Mimpi
Adalah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan-bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada pasien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud menganggap bahwa mimpi merupakan jalan keluar menuju kesadaran karena pada saat tidur, semua pemikiran yang ditekan di alam bawah sadar bisa muncul ke permukaan. Pada teknik ini difokuskan untuk mimpi-mimpi yang berulang-ulang, menakutkan, dan sudah pada taraf mengganggu.
  1. Analisis Resistensi
Adalah dinamika yang tidak disadari untuk mempertahankan kecemasan. Terapis harus bisa menerobos kecemasan yang ada pada pasien sehingga pasien bisa menyadari alasan timbulnya resitensi tersebut. Setelah klien bisa menyadarinya, pasien bisa menanganinya dan bisa mengubah tingkah lakunya.
  1. Analisis Transferensi/Pengalihan
Adalah teknik utama dalam terapi psikoanalis karena dalam teknik ini, masa lalu dihidupkan kembali. Pada teknik ini diharapkan pasien dapat memperoleh pemahaman atas sifatnya sekarang yang merupakan pengaruh dari masa lalunya.

3.     Terapi Humanistik/Eksistensial
Dasar terapi Humanistik adalah penekanan keunikan setiap individu serta memusatkan perhatian pada kecendrungan alami dalam pertumbuhan dan pewujudan dirinya. Dalam terapi ini para ahli tidak mencoba menafsirkan perilaku penderita, tetapi bertujuan untuk memperlancar kajian pikiran dan perasaan seseorang dan membantunya memecahkan masalahnya sendiri. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam terapi Humanistik ini adalah Terapi yang berpusat kepada klien Client-Centered Theraphy.
 Tujuan Konseling Teori Konseling Eksistensial
  1. Menyajikan kondisi-kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan.
  2. Menghapus penghambat-penghambat aktualisasi potensi pribadi. membantu klien menemukan dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri.
  3. Membantu klien agar bebas dan bertanggung jawab atas arah kehidupan sendiri.

Pengertian Terapi Eksistensial Humanistic Menurut Beberapa Tokoh
Menurut kartini kartono dalam kamus psikologinya mengatakan bahwa terapi eksistensial humanistik adalah salah satu psikoterapi yang menekankan pengalaman subyektif individual kemauan bebas, serta kemampuan yang ada untuk menentukan satu arah baru dalam hidup.
Menurut W.S Winkel, Terapi Eksistensial Humanistik adalah Konseling yang menekankan implikasi – implikasi dan falsafah hidup dalam menghayati makna kehidupan manusia di bumi ini. Konseling Eksistensial Humanistik berfokus pada situasi kehidupan manusia di alam semesta, yang mencakup tanggung jawab pribadi, kecemasan sebagai unsur dasar dalam kehidupan batin. Usaha untuk menemukan makna diri kehidupan manusia, keberadaan dalam komunikasi dengan manusia lain, kematian serta kecenderungan untuk mengembangkan dirinya semaksimal mungkin.

 Pengantar Teori Konseling Eksistensial-Humanistik
Teori konseling eksistensial-humanistik menekankan renungan filosofi tentang apa artinya menjadi manusia. Banyak para ahli psikologi yang berorientasi eksistensial,mengajukan argumen menentang pembatasan studi tingkah laku pada metode-metode yang digunakan oleh ilmu alam. Terapi eksistensial berpijak pada premis bahwa manusia tidak bisa lari dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan terapeutiknya eksistensialhumanistik memusatkan perhatian pada filosofis yang melandasiterapi. Pendekatan atau teori eksistensian-humanistik menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesama yang menjadi ciri khas, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya, dan yang melalui implikasi-implikasi bagi usaha membantu dalam menghadapi pertanyaanpertanyaan dasar yang menyangkut keberadaan manusia. Pendekatan eksistensial-humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, sentral memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia – kesadaran diri dan kebebasan yang konsisten.
Terapi yang sesuai dalam memberikan bantuan kepada klien. Karena teori ini mencakup pengakuan eksistensialisme terhadap kekacauan, keniscayaan, keputusasaan manusia kedalam dunia tempat dia bertanggung jawab atas dirinya. Terapi eksistensial tidak terikat pada salah seorang pelopor, akan tetapi eksistensial memiliki banyak pengembang, tetapi yang populer adalah Victor Frankl, Rollo May, irvin Yalom, James Bugental, dan Medard Boss. Eksistensialisme bersama-sama dengan psikologi humanistik, muncul untuk merespon dehumanisasi yang timbul sebagai efek samping dari perkembangan industri dan urbanisasi masyarakat. Pada waktu itu banyak orang membutuhkan kekuatan untuk mengembalikan sense of humannes disamping untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup, khususnya yang berkaitan dengan upaya menghadapi kehancuran, isolasi, dan kematian.
 4 Konsep-konsep Utama Terapi Eksistensial Humanistik
Pandangan tentang Manusia Terapi Eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Eksistensial humanistik berasumsi bahwa manusia pada dasarnya memiliki potensipotensi yang baik minimal lebih banyak baiknya dari pada buruknya. Terapi eksistensial humanistik memusatkan perhatian untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yakni sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang terpateri pada eksistensial manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sintesis, imajinasi, kreatifitas, kebebasan sikap etis dan rasa estetika. 4 Departemen Pendidikan Nasional, Modul Bimbingan dan Konseling PLPG Kuota 2008(Surabaya:Unesa,2008),hal.16 Terapi eksistensial humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alihalih suatu sistem tehnik-tehnik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan justru aliran terapi, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik suatu pendekatan yang mencakup terapiterapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsiasumsi tentang manusia. Pendekatan eksistensial humanistik mengembalikan pribadi kepada fokus sentral, memberikan gambaran tentang manusia pada tarafnya yang tertinggi. Ia menunjukkan bahwa manusia selalu ada dalam proses pemenjadian dan bahwa manusia secara sinambung mengaktualkan dan memenuhi potensinya. Pendekatan eksistensial humanistik secara tajam berfokus pada fakta-fakta utama keberadaan manusia, kesadaran diri, dan kebebasan yang konsisten. Menurut teori dari Albert Ellis yang berhubungan dengan eksistensi manusia. Ia menyatakan bahwa manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat sebagai individu sebagai unik dan memiliki kekuatan untuk menghadapi keterbatasan-keterbatasan untuk merubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak diri-sendiri. Manusia mempunyai kesanggupan untuk mengkonfrontasikan sistem-sistem nilainya sendiri dan menindoktrinasi diri dengan keyakinan-keyakinan, gagasan-gagasan dan nilai yang berbeda, sehingga akibatnya, mereka akan bertingkah laku yang berbeda dengan cara mereka bertingkah laku dimasa lalu. Jadi karena berfikir dan bertindak sampai 5 Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi,….hal 84 menjadikan dirinya bertambah, mereka bukan korban-korban pengondisian masa lalu yang positif.6 Berdasar pendapat Ellis diatas, maka dapat diambil pengertian, bahwa setiap individu mempunyai kemampuan untuk merubah dirinya dari hal-hal yang diterimanya. Manusia mempunyai kesanggupan untuk mempertahankan perasaannya sendiri dan dapat memberikan ajaran kembali kepada dirinya melalui keyakinan, pendapat, dan hal-hal yang penting lainnya. Disini pendekatan eksistensial humanistik adalah mengembalikan potensipotensi diri manusia kepada fitrahnya. Pengembangan potensi ini pada dasarnya untuk mengaktualisasikan diri klien dan memberikan kebebasan klien untuk menentukan nasibnya sendiri dan menanamkan pengertian bahwa manusia pada fitrahnya bukanlah hasil pengondisian atau terciptanya bukan karena kebetulan. Manusia memiliki fitrah dan potensi yang perlu dikembangkan.

Teknik-teknik Konseling Eksistensial
Yang paling dipedulikan oleh konselor eksistensial adalah memahami dunia subyektif si klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada pemahaman dan pilihan-pilihan baru. Fokusnya adalah pada situasi hidup klien pada saat itu, dan bukan pada menolong klien agar bisa sembuh dari situasi masa lalu (May &Yalom, 1989). Biasaya terpis eksistensial menggunakan metode yang mencakup ruang yang cukup luas, bervariasi bukan saja dari klien ke klien, tetapi juga dengan klien yang sama dalam tahap yang berbeda dari proses terapeutik. Di satu sisi, mereka
menggunakan teknik seperti desentisasi (pengurangan kepekaan atas kekurangan yang diderita klien sehabis konseling), asosiasi bebas, atau restrukturisasi kognitif, dan mereka mungkin mendapatkan pemahaman dari konselor yang berorientasi lain. Tidak ada perangkat teknik yang dikhususkan atau dianggap esensial (Fischer & Fischer, 1983). Di sisi lain, beberapa orang eksistensialis mengesampingkan teknik, karena mereka lihat itu semua memberi kesan kekakuan, rutinitas, dan manipulasi Sepanjang proses terapeutik, kedudukan teknik adalah nomor dua dalam hal menciptakan hubungan yang akan bisa membuat konselor bisa secara efektif menantang dan memahami klien.
Teknik-teknik yang digunakan dalam konseling eksistensial-humanistik, yaitu:
  1. Penerimaan
  2. Rasa hormat
  3. Memahami
  4. Menentramkan
  5. Memberi dorongan
  6. Pertanyaan terbatas
  7. Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
  8. Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
  9. Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

4.     Person-Centered Therapy (Carl Rogers)
Carl Rogers paling dikenal sebagai pencetus terapi yang berpusat pada pribadi (person-centered therapy) Tidak seperti Freud yang pada dasarnya merupakan seorang pakar teori dan menjadikan terapis sebagai kegiatan sekunder, Rogers merupakan terapis yang sempurna, namun tidak terlalu menyukai teori. Rogers lebih tertarik untuk membantu orang lain daripada mencari tahu mengapa mereka melakukan suatu perilaku. Ia akan lebih bertanya mengenai "bagaimana saya dapat membantu orang ini untuk tumbuh dan berekembang?" daripada memikirkan tentang pertanyaan "apa yang menyebabkan orang ini berkembang seperti dengan cara seperti ini?".

Seperti kebanyakan pakar teori kepribadian, Rogers membangun teorinya berdasarkan landasan yang diperolehnya sebagai terapis. Tidak seperti sebagian besar pakar teori lainnya, Rogers secara berkesinambungan melakukan penelitian empiris untuk mendukung teori perkembangannya maupun pendekatan terapinya. Mungkin lebih dari para pakar teori terapis lainnya, Rogers menunjukkan keseimbangan antara pemikiran yang tidak kaku dan studi yang rasional yang dapat memperluas pengetahuan tentang bagaimana manusia merasa dan berpikir.

Selama tahun 1950-an yang merupakan titik tengah karirnya, Rogers diminta untuk menulis tentang apa yang kelak akan disebut dengan teori kepribadian "yang berpusat pada pribadi".

Pada tahun-tahun awal sekitar tahun 1940-an, pendekatan yang dilakukan Rogers dikenal sebagai nondirective, istilah tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan namanya dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, pendekatan tersebut memakai beragam istilah, antara lain pendekatan yang berpusat pada klien (client-centered), yang berpusat pada pribadi (person-centered), yang berpusat pada siswa (student-centered), yang berpusat pada kelompok (group-centered), dan person-to-person. Namun, yang digunakan adalah penamaan yang berpusat pada klien untuk merujuk terapi Rogers dan istilah yang lebih luas, yaitu person-centered untuk merujuk pada teori kepribadian Rogers. 

Konsep Dasar Person-Centered Therapy 
 Pendekatan person-centered therapy menekankan pada kecakapan klien untuk menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya. Terapi ini berfokus pada bagaimana membantu dan mengarahkan klien pada pengaktualisasian diri untuk dapat mengatasi permasalahannya dan mencapai kebahagiaan. Konsep dasar dari terapi ini adalah hal-hal yang menyangkut konsep-konsep mengenai diri (self) dan aktualisasi diri.

Menurut Rogers (1959), bayi mulai mengembangkan konsep diri yang samar saat sebagian pengalaman mereka telah dipersonalisasikan dan dibedakan dalam kesadaran pengalaman sebagai "aku" (I) atau "diriku" (me). Kemudian, bayi secara bertahap menjadi sadar akan identitasnya sendiri saat mereka belajar apa yang terasa baik dan terasa buruk, apa yang terasa menyenangkan dan tidak menyenangkan. Selanjutnya, mereka mulai untuk mengevaluasi pengalaman mereka sebagai pengalaman positif dan negatif, menggunakan kecenderungan aktualisasi sebagai kriteria.

Saat bayi telah membangun struktur diri yang mendasar, kecenderungan mereka untuk aktualisasi mulai berkembang. Aktualisasi diri merupakan bagian dari kecenderungan aktualisasi sehingga tidak sama dengan kecenderungan itu sendiri. Secara singkat, aktualisasi diri adalah kecenderungan untuk  mengaktualisasikan diri sebagaimana yang dirasakan dalam kesadaran. Rogers mengajukan dua subsistem, yaitu konsep diri (self-concept) dan diri ideal (ideal-self).

Konsep Diri
Konsep diri meliputi seluruh aspek dalam keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individu tersebut. Konsep diri tidak identik dengan diri organismik. Bagian-bagian diri organismik berada di luar kesadaran seseorang atau tidak dimiliki oleh orang tersebut.

Saat manusia sudah membentuk konsep dirinya, ia akan menemukan kesulitan dalam menerima perubahan dan pembelajaran yang penting. Pengalaman yang tidak konsisten dengan konsep diri mereka biasanya disangkal atau hanya diterima dengan bentuk yang telah didistorsi atau diubah.

Diri Ideal
Diri ideal didefinisikan sebagai pandangan seseorang atas diri sebagaimana yang diharapkannya. Diri ideal meliputi semua atribut, biasanya yang positif, yang ingin dimiliki oleh seseorang. Perbedaan yang besar antara diri ideal dengan konsep diri mengindikasikan inkongruensi dan merupakan kepribadian yang tidak sehat. Individu yang sehat secara psikologis akan mellihat sedikit perbedaan antara konsep dirinya dengan apa yang mereka inginkan secara ideal.

Unsur-Unsur Person-Centered Therapy
1. Munculnya Gangguan 
Hambatan atas pertumbuhan psikologis terjadi saat seseorang mengalami penghargaan bersyarat,  inkongruensi, sikap defensif, dan disorganisasi.

Penghargaan bersyarat dapat berakibat pada kerentanan, kecemasan, dan ancaman serta menghambat manusia dari merasakan penerimaan positif yang tidak bersyarat. Inkongruensi berkembang saat diri orgasmik dan diri yang dirasakan tidak selaras. Saat diri organismik dan diri yang dirasakan tidak kongruen, manusia cenedrung menjadi defensif serta menggunakan distorsi dan penyangkalan sebagai usaha untuk mengurangi inkongruensi. Manusia yang mengalami disorganisasi saat distorsi dan penyangkalan tidak cukup untuk menahan inkongruensi. Orang-orang yang cenderung tidak menyadari inkongruensi mereka, memungkinkan untuk merasa lebih cemas, terancam, dan defensif.

2. Tujuan Terapi
 Rogers (1980) memberikan penjelasan sesuai dengan logika bahwa ketika seseorang merasakan sendiri bahwa mereka dihargai dan diterima tanpa syarat, mereka menyadari bahwa mungkin untuk pertama kalinya mereka dapat dicintai. Sehingga, tujuan dari person-centered therapy adalah untuk membuat klien/pribadi seseorang dapat menghargai dan menerima diri mereka sendiri dan untuk mempunyai penerimaan positif yang tidak bersyarat terhadap diri mereka. 

3. Peran Terapis
Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.

Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan dapat dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan hubungan konseling.

Selain peranan diatas, peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat. Dalam suasana yang demikian, konselor merupakan agen pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut.

TEKNIK-TEKNIK PERSON-CENTERED THERAPY
Secara garis besar, teknik-teknik dalam person-centered therapy adalah:
1. Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi
2. Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami
3. Konselor memungkinkan klien untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri, dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya.



DAFTAR PUSTAKA



Comments

Popular posts from this blog

contoh kasus psikologis dan terapinya

Contoh kasus : Seorang gadis perempuan yang berusia 19 tahun mengalami trauma yang cukup dalam karena gadis ini memiliki kisah masa lalu yang cukup tragis. Gadis ini mengalami kekerasan fisik dan pelecehan seksual yang di lakukakan oleh pamannya selama 3 tahun saat ia berusia 9 tahun. Terapi yang di lakukan yaitu mneggunakan terapi psikoanalisis, sebelum menjelaskan tentang bagaimana teknik teknik terapi yang di lakukan, saya akan menjelaskan secara umum apa itu terapi psikoanalis. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Psikoanalisis berasal dari uraian tokoh psikoanalisa yaitu Sigmund Freud yang mengatakan bahwa gejala neurotic pada seseorang timbul karena tertahannya ketegangan emosi yang ada, ketegangan yang ada kaitannya dengan ingatan yang ditekan, ingatan mengenai hal-hal yang traumatic dari pengalaman seksual pada masa kecil. Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh...

contoh kasus dan penerapan Logoterapi

Contoh kasus dan penerapan logoterapi A adalah seorang wanita berusia 17 tahun. A mempunyai suatu fobia dengan seekor ulat. Awal mula fobia pada si A adalah ketika A berusia 7 tahun, A duduk di bawah pohon rindang dan saat itu pula ulat yang berada di pohon tersebut jatuh tepat di atas tangannya, A yang kaget langsung berlari menghampiri ibunya sambil menangis ketaakutan. Sejak saat itu A tidak berani lagi dengan seekor ulat atau sekedar duduk-duduk santai di bawah pohon. Ketika A melihat ulat secara langsung A menjerit histeris dan berlari menghindari tempat ulat itu berada, namun jika A melihat ulat berupa gambar A hanya merasa geli. Analisis kasus Tahapan Tahapan dalam dalam logoterapi Tahapan pertama adalah perkenalan denagn membangun raport. Raport adalah sesuatu yang penting dalam proses konseling atau terapi , karena raport itu berfungsi untuk membangun suasana yang nyaman serta membuat klien agar tidak tegang pada saat konseling atau terapi. Tahapan yang kedua adal...

Pengaruh Dalam Organisasi

PENGARUH DALAM ORGANISASI Definisi Pengaruh Dalam Organisasi Sebagai esensi dari kepemimpinan, pengaruh diperlukan untuk menyampaikan gagasan, mendapatkan penerimaan dari kebijakan atau rencana dan untuk memotivasi orang lain agar mendukung dan melaksanakan berbagai keputusan. Jika kekuasaan merupakan kapasitas untuk menjalankan pengaruh, maka cara kekuasaan itu dilaksanakan berkaitan dengan perilaku mempengaruhi. Oleh karena itu, cara kekuasaan itu dijalankan dalam berbagai bentuk perilaku mempengaruhi   dan   proses-proses mempengaruhi yang timbal balik antara pemimpin dan pengikut, juga akan menentukan efektivitas kepemimpinan. Jenis-jenis spesifik perilaku yang digunakan untuk mempengaruhi dapat dijadikan jembatan bagi pendekatan kekuasaan dan pendekatan perilaku mengenai kepemimpinan. Sejumlah studi telah mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut sebagai taktik mempengaruhi, antara lain : ·     ...